RADAR NONSTOP - Airlangga Hartarto digoyang. Menteri Perindustrian ini dituding gagal memimpin Golkar dan terlalu sibuk mengamankan kursi menteri.
Panasnya suhu internal Golkar karena di 2019 banyak caleg incumbent gagal melaju ke Gedung DPR, Senayan. Saat ini puluhan DPD Golkar sudah ancang-ancang mendongkel Airlangga.
Partai Golkar dalam empat pemilu mengalami penurunan konsisten. Rinciannya, Pemilu 2004: 127 kursi, 2009: 105 kursi, 2014: 91 kursi dan di era Airlangga paling parah yakni pada 2019 hanya 85 kursi.
BERITA TERKAIT :Golkar Sudah Disahkan Kemkum, Gugatan Ke Bahlil Tetap Jalan
Idrus Marham Bersinar Lagi, Diangkat Jadi Waketum Golkar Bareng Bamsoet
Dibalut lewat penyelenggaraan Musyawarah Nasional (Munas) para pengurus DPD berteriak semakin kencang.
Mantan pelaksana tugas (Plt) DPD Golkar Papua, Aziz Samual menyebutkan bahwa sudah ada 25 DPD tingkat I yang menyatakan sepakat Munas segera diselenggarakan.
Dari 110 kursi di DPR RI era Aburizal Bakrie kini Golkar kehilangan 25 kursi. Data KPU menyebutkan Golkar hanya dapat sekitar 85 kursi.
Lenyapnya 20 kursi diduga karena elit Golkar hanya memburu kursi menteri pada kabinet Jokowi. Yang lebih murka lagi adalah posisi Golkar kalah dengan Gerindra.
Alhasil, Golkar hanya bisa mendapatkan kursi wakil ketua DPR. "Airlangga dan elit Golkar hanya memburu kursi menteri. Mereka melupakan pileg," ucap kader Golkar di Jakarta.
Di Jakarta saja kata dia, dua kursi DPR yang harusnya diraih Golkar malah lenyap. "DPP lupa kalau wibawa partai itu ada pada perolehan kursi DPR. Lha ini apa masa lenyap semua," beber caleg yang gagal dan namanya enggan ditulis karena takut kena sanksi.
Tapi, mendongkel Airlangga bukan hal mudah. Karena ada beberapa DPD seperti Jakarta dan Jabar masih solid mendukungnya.