Sabtu,  23 November 2024

Potret Indonesia dari DKI Jakarta dan Jawa Barat

YUD
Potret Indonesia dari DKI Jakarta dan Jawa Barat
Tuti Sariningsih

RADAR NONSTOP - Lihatlah perbedaannya. Pemimpin itu solutif, bukan isolatif. Mencari jalan keluar di daerahnya, bukan mengusir orang keluar dari daerahnya. Pemimpin itu membuat inovasi, bukan membuat limitasi.

Demikian disampaikan Tuti Sariningsih, Divisi Pemberdayaan Perempuan dan Anak ICMI Kota Bekasi, kepada RADAR NONSTOP (Rakyat Merdeka Group), Minggu (9/6).

"Gubernur Jabar dan Gubernur DKI adalah seperti dua kutub yang berbeda. Dalam pespektif yang lebih luas, pada keduanya fokus dua kubu di Indonesia ini berpusat. Pendukung Ridwan Kamil (Gubernur Jabar) yang notabene 01 dengan tagline berkemajuan dan pendukung Anies (Gubernur DKI) sebagai pendukung 02 yang adil dan makmur dalam konteks Pilpres 2019," terang wanita kelahiran Bandung, 03 Mei 1962 silam.

Faktanya, lanjut Tuti yang juga selaku Bendahara DPD PAN Kota Bekasi dan Wakil Bendahara FKPPI Kota Bekasi ini, keadilan dan kemakmuran tentu lebih didapat dari Jakarta ketimbang dari Jabar.

Keadilan dalam penyediaan porsi kesempatan mencari pekerjaan. Kemakmuran yang dirasakan masyarakat DKI dalam pesatnya perubahan di Jakarta termasuk untuk para pendatang.

"Sementara di Jabar, kemajuan dalam pembuatan taman-taman dan infrastruktur hanya akan dinikmati mereka yang punya skill saja, bukan semua masyarakat Jabar, apalagi rakyat Indonesia. Termasuk dalam kesempatan mencari pekerjaan," ujarnya.

Dalam konteks ke Indonesiaan, sambung Tuti, Pemerintah Daerah dipandang sebagai bahu strategis yang diharapkan ikut menyanggah beban Pemerintah Pusat dalam hal penyediaan tenaga kerja di daerahnya.

Sub bidang ekonomi makro ini menjadi perhatian khusus di dua sisi, yakni Pemerintah Pusat dan pengangguran itu sendiri.

"Akhirnya, dari dua sikap Gubernur ini kita sudah bisa menilai, seberapa besar kontribusi kedua pemimpin daerah tersebut dalam mengurangi tingkat pengangguran terbuka di negeri ini. Kelihatan, mana yang cuma teori, mana yang berkontribusi nyata," tegas Dosen STIE MAIJI dan Dosen UNSURYA tersebut.

Nah, kata Tuti, makin jelas jika kita pindahkan perspektif keduanya pada pilihan politik kemarin. Bahwa kubu pro Anies yang berstempel 02 di dadanya, lebih solutif untuk kemajuan bangsa ini.

Sementara kubu pro Ridwan yang berafiliasi 01, hanya berfokus pada masyarakat yang berkemampuan (skill) bukan semua. Bahasa kerennya, tersegmentasi.

"Itulah gambaran mudah melihat Indonesia kelak jika 01 yang menang atau 02 yang diluluskan Mahkamah Konstitusi. Terima kasih Bang Anies. DKI bangga pada anda. Pribadi inilah yang pantas menjadi potret pemimpin Indonesia di masa depan dengan prinsip berkeadilan dan kemakmuran serta mampu menjadikan bangsa ini bangga dengan negerinya sendiri," pungkasnya.

BERITA TERKAIT :