Kamis,  28 November 2024

Golkar DKI Saat Pagi Mendukung Malamnya Dicabut, Ada Tangan Besi?

RN/CR
Golkar DKI Saat Pagi Mendukung Malamnya Dicabut, Ada Tangan Besi?
-Net

RADAR NONSTOP - Sikap plin plan kader Golkar se-DKI Jakarta mendapat kritikan keras. Diduga kuat ada ‘tangan besi’ yang dimainkan untuk mempertahankan kekuasaan.

Demikian dikatakan mantan Wasekjen era kepemimpinan Abu Rizal Bakri, H Devi Andita yang ikut pada pertemuan silaturahmi para ketua DPD II dari DKI tersebut menduga ada sesuatu di balik batalnya dukungan itu.

"Mereka hadir bersilaturahmi dan memberikan dukungan kepada Mas Bambang Soesatyo di kediamannya itu bukan karena Mas Bambang yang undang. Tapi mereka datang karena kesadaran inisiasi mereka sendiri. Murni kesepakatan aspirasi dan atas kesadaran mereka sendiri," ungkap Devi kepada wartawan, kemarin.

BERITA TERKAIT :
Golkar Sudah Disahkan Kemkum, Gugatan Ke Bahlil Tetap Jalan
Idrus Marham Bersinar Lagi, Diangkat Jadi Waketum Golkar Bareng Bamsoet

Diketahui, Golkar se-DKI Jakarta batal mendukung Bambang Soesatyo atau Bamsoet menjadi calon ketua umum (ketum) partai berlambang Pohon Beringin di Munas pada Desember 2019.

Manuver dukungan yang diberikan oleh Ketua DPD II Golkar Jakarta Selatan Muhammad Ikhsan Ingatubun bersama Ketua DPD II se DKI Jakarta membuat kader Golkar lainnya gerah.

Devi pun merasa ada yang janggal dengan sikap para pengurus kabupaten/kota se-Jakarta itu dengan menarik dukungan hanya karena belum koordinasi dengan Plt Ketua DPD I Jakarta, Rizal Mallarangeng. “Pagi mendukung, eh malamnya dicabut lagi. Ada apa ini?" tanya Devi.

Devi mensinyalir ada upaya praktik tangan besi kepada kader DKI Jakarta. Menurutnya, tak mungkin teman-teman DKI tiba tiba mencabut dukungan yang diberikan sebelumnya jika tidak ada tekanan dari pimpinan di atasnya saat ini.

Belum pemilihan, para kader baru memberikan dukungan saja sudah ditekan-tekan. Ini tanda kepemimpinan di partai saat ini tak suka riak demokrasi di internal partai. Padahal, partai Golkar adalah partai yang terbuka, demokratis dan sangat menghargai pendapat para kadernya," ujar Devi.

Bahkan, Devi juga menilai peristiwa tersebut (pencabutan dukungan) sebagai bentuk tirani dari kepemimpinan partai hari ini di tengah keterpurukan partai. Keterpurukan tersebut, menurut Devi, ditandai oleh penurunan jumlah kursi Di DPR RI.

Dalam konteks tersebut, menurut Devi, seharusnya DPP segera menggelar Rapimnas untuk mengevaluasi kinerja partai paska pileg dan pilpres. Jangan hanya memikirkan mempertahankan kekuasaan saja. Praktik tersebut tentu bertolak belakang dari ruh partai sejak berbenah paska kepemimpinan Orde Baru.

"Saya kira biarlah para kader bebas menyatakan ekspresinya, termasuk dukung-mendukung menyikapi munas. Dengan begitu, justru akan membuka pintu peluang bagi para kader terbaik partai untuk ikut berkompetisi. Dan ini akan menguntungkan partai itu sendiri," lanjutnya.

Devi berharap, Partai Golkar ke depannya perlu pemimpin yang demokratis, tidak birokratis dan mau mendengar serta memahami para anggotanya. Devi menilai hal itu ada pada Bambang Soesatyo, seorang kader yang terlahir dari masyarakat biasa.