RADAR NONSTOP - Jokowi harus cermat memilih siapa yang layak menjadi ketua umum Golkar ke depan. Karena, ini adalah jabatan terkahir Jokowi.
Belajar dari SBY, tahun rawan pasca pilpres adalah tiga tahun pemerintahan berjalan. Artinya titik rawan akan dimulai pada 2022.
Pasca 2022 tepatnya 2023 atau satu tahun 2024, kontestan capres-cawapres sudah mulai muncul. Pastinya suasana politik kian memanas.
BERITA TERKAIT :Golkar Sudah Disahkan Kemkum, Gugatan Ke Bahlil Tetap Jalan
Idrus Marham Bersinar Lagi, Diangkat Jadi Waketum Golkar Bareng Bamsoet
Jokowi butuh tokoh penyeimbang yang bisa memimpin Golkar. Jika tidak, Jokowi akan menjadi bulan-bulanan.
Semua parpol bakal terus menyerang kebijakan pemerintah untuk mengerek popularitas dan mempromosikan jagonya di pilpres. Pilihan Jokowi hanya dua.
Tetap ke Airlangga Hartarto atau Bambang Soesatyo. Keduanya puny jam terbang tinggi di dunia politik.
Tapi dilihat dari karakter, Airlangga lebih kalem dan cenderung main aman. Berbeda dengan Bamsoet sapaan Bambang Soesatyo.
Ketua DPR ini lebih berani tampil meleawan musuh-musuh politiknya. Baik Bamsoet dan Airlangga punya jejak rekam sama yakni sama-sama setia pada komitmen politik.
Restu memang ada di Jokowi. Tentunya Jokowi punya tim dan analisa sendiri dalam melihat sosok Airlanga dan Bamsoet.
Karena jika Jokowi salah kasih restu pasti akan berdampak pada dirinya. Sebab 2022 adalah tahun politik menjelang pilpres dan pelaksanaan Pilkada DKI.
Diketahui, kubu Bamsoet meminta agar Kongres dipercepat. Sedangkan Airlangga bertahan pada bulan Desember.
Airlangga digoyang lantaran dianggap gagal membawa Golkar di 2019. Nah, rasa gagal dan kecewa inilah membuat Bamsoet masuk dalam arena pemilihan.
DPD Golkar Bisa Berubah
Golkar memang tak biasa menjadi oposisi. Suara DPD I dan II biasanya tergantung dari arah angin Istana.
Jika arah itu ke Airlangga tentunya suara akan tumpah ke Menteri Perindustrian itu. Tapi, Bamsoet bukanlah politisi bau kencur.
Dia dikenal bertangan dingin. Saat memimpin DPR, Bamsoet berhasil mendinginkan suasana politik di Senayan. Artinya, Jokowi dengan tenang menjalankan pemerintahan.
Di kalangan fraksi, Bamsoet dikenal sebagai sosok pelobi ulung. Mantan wartawan ini tentunya akan dengan mudah meraih dukungan dalam lingkaran Istana.
Para senior Golkar juga haikul yakin kalau siapa ketua umum tergantung restu Jokowi.
"Saya yakin bahwa restu Pak Jokowi penting. Penting juga Golkar, penting buat Jokowi," ucap Ketua DPP Partai Golkar Andi Sinulingga dalam diskusi publik 'Dinamika Partai Golkar' di Hotel Puri Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (7/7/2019).
Andi menyebut restu Jokowi itu akan menjadi penyejuk.
"Saya meyakini Jokowi adalah sosok yang nggak suka kegaduhan. Nah karena ini, kegaduhan itu harus dihentikan, karena gaduh dengan dinamika itu dua hal yang berbeda. Masak, ada yang bicara soal hal-hal personal kayak gelar, ngurusin ijazah orang," imbuh Andi.
"Kontestasi dukungan menurut saya yang paling penting mendapatkan dukungan, siapa yang paling banyak mendapatkan dukungan, karena variabel itu pasti akan dilihat oleh Pak Jokowi," imbuh Andi.
Posisi Ketum Golkar disebut Andi penting bagi Jokowi. Sebab, Andi menilai Golkar dibutuhkan Jokowi dalam pemerintahan.
"Dia pasti cari orang yang bisa dia percaya, menjaga keseimbangan antara PDIP dan Golkar dan partai lain. Saya kira dia butuh orang seperti itu. Nah, karena itu, menurut saya kontestasinya lebih baik kontestasi dukungan saja," kata Andi.
"Saya yakin Pak SBY masuk tahun ketiga dimaki-maki orang dihantam kasus Century dan itu potensi besar terjadi ke Pak Jokowi karena problem ekonomi kita besar sekali, dan sulit, itu pekerjaan yang besar karena itu Pak Jokowi butuh kekuatan yang besar, jadi benteng supaya kondisi ekonomi kita bisa terus baik dan stabil. Karena kita akan bicara soal tahapan dan langkah kebijakan," imbuh Andi.