RADAR NONSTOP - Gojek menjadi layanan transportasi online paling dipilih konsumen. Aplikator merah putih itu unggul dalam empat faktor penentu kelayakan sarana transportasi publik dibandingkan Grab sebagai kompetitornya.
Hal tersebut terungkap dalam survei yang dilakukan Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) yang diumumkan di Jakarta.
Survei bertajuk 'Preferensi Konsumen terhadap Layanan Moda Transportasi Darat Urban di Indonesia' itu mengungkapkan empat faktor penting yang menjadi alasan konsumen memilih moda transportasi.
BERITA TERKAIT :Jawaban Grab dan Gojek Soal THR Bikin Wajah Driver Ojol Kecut bin Suram, Mimpi Masak Opor Ambyar
Perusahaan Ojol Disuruh Bayar THR, Driver: Lebaran Kita Masak Opor Nih
Praktisi Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia sekaligus Ketua KKI, David Tobing, mengungkapkan empat faktor dimaksud terdiri atas: keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan keterjangkauan.
"Moda transportasi perkotaan saat ini semakin baik dibandingkan beberapa tahun lalu. Namun demikian, tidak hanya transportasi harus saling terintegrasi, tapi transportasi urban juga harus mengarusutamakan aspek keamanan dan kenyamanan bagi penumpang," ungkap David.
Hasil survei mencatat, Gojek lebih aman di Kategori Transportasi Online. Preferensi konsumen untuk memilih layanan Go-Jek ditunjukkan David lebih tinggi, yaitu mencapai 36 persen dari total responden sedangkan pengguna layanan Grab menunjukkan angka 32 persen, dan yang memanfaatkan keduanya mencapai 32 persen.
Sejumlah faktor yang mendukung preferensi konsumen untuk lebih memilih brand asal merah putih. Di antara pengguna ojek online, survei menunjukkan layanan Go-Ride dari Gojek dinilai lebih aman (56 persen), lebih dapat diandalkan (55 persen), lebih ramah (53 persen) serta lebih nyaman dan bersih (53persen).
Sementara kompetitornya di industri ini, Grab Bike, diapresiasi dengan skor 44 persen untuk aspek keamanan, 45 persen pada aspek keandalan layanan, 47 persen pada aspek keramahan, dan 47 persen pada aspek kenyamanan dan kebersihan.
Di satu sisi, survei mencatat preferensi konsumen untuk memilih layanan Grab lebih tinggi pada aspek keterjangkauan tarif (lebih murah), yakni mencapai 53 persen, dibandingkan Gojek yang mencatat angka 47 persen.
Di layanan taksi (roda empat) online, perbandingan pemenuhan hak konsumen semakin terlihat jelas. Di antara pengguna taksi online, Gojek memiliki tingkat preferensi konsumen lebih tinggi daripada Grab pada semua aspek, yaitu pada aspek keterjangkauan tarif (54 persen), aspek keamanan (59 persen), keandalan layanan (60 persen), keramahan (57 persen), dan kenyamanan serta kebersihan (59 persen).
David, yang pernah menjadi anggota Badan Perlindungan Konsumen (BPKN) periode 2013-2016 itu melanjutkan bahwa tingkat penggunaan yang tinggi pada layanan transportasi online ternyata juga diikuti oleh risiko keamanan dan keselamatan.
"Risiko dialami konsumen itu terkait kecelakaan, kekerasan, pelecehan, dan kehilangan. Berdasarkan survei KKI, kami temukan konsumen yang mengaku menghadapi risiko ini lebih banyak dialami saat menggunakan jasa Grab daripada Gojek," ungkapnya.
Maka berdasarkan pengalaman konsumen terkait risiko kecelakaan dan keselamatan yang dialami itu, menurut David, konsumen mengaku lebih sering menggunakan layanan Gojek karena memiliki risiko yang lebih rendah.
KKI mencatat dalam surveinya bahwa jumlah penumpang yang mengaku pernah mengalami kecelakaan pada layanan Grab-Bike tercatat lebih tinggi, yaitu mencapai 8,8 persen daripada yang terjadi di layanan Go-Ride (6,6 persen).
Selain itu, responden yang mengakui pernah mengalami kekerasan pada layanan Grab-Bike juga tercatat lebih tinggi, yaitu mencapai 6,4 persen daripada yang dialami pada layanan Go-Ride (5,3 persen).
Sementara itu, perbandingan tingkat risiko keamanan di Taksi Online yang dioperasikan oleh kedua aplikator tersebut semakin jauh, di mana Grab-Car (3,7 persen) memiliki tingkat risiko kecelakaan nyaris dua kali lipat lebih tinggi daripada risiko yang pernah dialami responden pengguna layanan Go-Car (1,9 persen).
Demikian juga pada risiko pelecehan, jumlah pengguna Grab-Car yang mengaku mengalami pelecehan tercatat nyaris dua kali lipat lebih tinggi, yaitu 3,5 persen dibandingkan jumlah pengguna layanan Go-Car (1,9 persen).