RADAR NONSTOP - Komisi III DPR mendesak kepolisian mengusut tuntas kasus teror dugaan pembakaran rumah wartawan Harian Serambi Indonesia dan Kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh Tenggara.
Aparat penegak hukum tak boleh takut terhadap aksi premanisme, terlebih aksi tersebut merupakan upaya membungkam produk jurnalistik.
Anggota Komisi III DPR, Nasir Djamil meminta aparat penegak hukum tidak takut terhadap aksi premanisme.
BERITA TERKAIT :DPRD Tangsel Tancap Gas, Kebut 12 Raperda Di 2025
PPP DKI Aja Ambruk, RIDO Bisa Kena Prank Sandiaga Uno?
Menurutnya, apa yang terjadi di Aceh Tenggara merupakan upaya membungkam produk jurnalistik, harus segera diusut agar tidak kebablasan dan berulang di masa mendatang.
“Teror terhadap wartawan di Aceh Tenggara takubahnya aksi terorisme. Kerena itu, polisi harus segera menungkap pelakunya,” tegas Nasir kepada Radarnosntop.co (Rakyat Merdeka Grup), Rabu malam (7/8/2019).
Politisi PKS ini pun menyampaikan keheranannya mengapa hingga hampir sepuluh hari kasus teror yang terjadi di Aceh Tenggara tak juga terungkap. Padahal, polisi di Indonesia sudah hebat-hebat, beberapa pelaku kejahatan besar hingga aksi terorisme bisa ditangkap.
“Dalam kasus ini, kenapa polisi tidak terlihat jago. Selaku anggota Komisi bidang Hukum DPR, saya meminta kepolisian mengungkap persoalan itu dalam waktu dua hingga tiga hari ke depan,” cetusnya.
Nasir menambah, bila polisi di Aceh Tenggara kalah dalam kasus ini, tidak mampu mengungkap pelaku dan dalangnya, orang akan pesimis dengan kinerja aparat penegak hukum. Akibatnya, masyarakat di wilayah tersebut akan main hakim sendiri, membahaya upaya penegakan hukum dimasa depan.
“Kapolres Aceh Tenggara, AKBP Rahmad Hardeny Yanto Eko Saputro memihak kepada kebenaran. Wilayah Kutacane itu kan kecil, harusnya mudah menemukan pelaku kalau memang ada kemauan dan tanggungjawab dari aparat penegak hukum,” sesal dia.
Nasir menyebut, kasus ini mirip seperti kasus jaman konflik Aceh di mana teror didalihkan Orang Tidak Dikenal (OTK).
Karenanya, jika polisi tak segera mengungkap persoalan tersebut, ke depannya bukan hanya rumah wartawan yang dibuat seperti itu. Siapapun dapat melakukan aksi serupa.
“Masa OTK-OTK terus, kapan terungkap. Ini kredibilitas Kapolres Aceh Tenggara. Apalagi ada dugaan teror ini direncanakan mau menghabisi sekeluarga. Ini serius, jangan dianggap remeh. Jangan sampai mereka berpikir tidak dipantau,” tandasnya.