Senin,  27 October 2025

Menulis Pleidoi di IG

Nikita Mirzani Vonis di Ujung Jari

M. RA
Nikita Mirzani Vonis di Ujung Jari
Aktris Nikita MIrzani.

RN – Bagi sebagian orang, pleidoi dibacakan di depan hakim. Tapi bagi Nikita Mirzani, cukup tiga slide di Instagram untuk mengguncang ruang publik. Ia menulis tentang hukum yang kehilangan arah, tentang dakwaan yang lahir dari perasaan, dan tentang dirinya yang lelah diadili oleh opini. Di negeri di mana keadilan sering trending hanya karena nama besar, Nikita tampaknya sadar, tak ada tempat lebih bising dari kolom komentar.

Lewat tiga slide penuh teks, Nikita menumpahkan isi hati tentang kasus dugaan pemerasan dan TPPU yang menjeratnya sejak tahun lalu. Unggahannya muncul dua hari sebelum vonis dijatuhkan, seolah mengingatkan publik bahwa bahkan sebelum hakim mengetuk palu, dunia maya sudah lebih dulu memutuskan siapa yang benar dan siapa yang ‘’bikin drama.”

“Sungguh getir rasanya ketika saya dituntut bukan karena fakta, tapi perasaan,” tulis Nikita, membuka surat terbukanya.

BERITA TERKAIT :
Jaksa Hajar Habis Pembelaan Nikita Mirzani

Dalam tulisannya, Nikita menggambarkan dirinya bukan sebagai terdakwa, tapi sebagai korban dari hukum yang terlalu peka terhadap perasaan korban. Ia menyoroti tuntutan 11 tahun penjara dan denda miliaran rupiah yang, menurutnya, lebih berat dari pelaku korupsi, padahal dirinya tidak mencuri uang rakyat, hanya disalahpahami publik.

Kalimat demi kalimat terasa seperti akumulasi frustrasi seorang perempuan yang sudah terlalu lama jadi headline dan terlalu sering diadili, bukan hanya oleh jaksa, tapi juga oleh netizen.

“Apakah pantas seseorang yang tidak merugikan negara, tidak mencuri uang rakyat, justru dituntut seberat itu?,” tulisnya.

Ia juga menyoroti ketidakkonsistenan dakwaan, menyebut hukum kini lebih sibuk mencari alasan untuk menghukum daripada mencari kebenaran. Lalu, seperti plot twist khas Nikita, nama Reza Gladys muncul di tengah teks, si pelapor yang disebut masih menjual produk yang sama dengan yang dipermasalahkan. Sebuah detail yang bagi Nikita membuktikan bahwa “ancaman” dalam kasus ini hanyalah perasaan yang dimanifestasikan jadi pasal hukum.

Dan seperti biasa, Nikita menutup tulisannya dengan gaya khasnya, emosional, dramatis, tapi spiritual.

“Saya serahkan semuanya kepada Allah dan Majelis Hakim,” tulisnya.

Unggahan itu pun langsung meledak di kolom komentar. Para pengikutnya mengirimkan doa, semangat, dan kalimat penyemangat bernuansa “perempuan tangguh yang dizalimi sistem.” Sisanya? Ya, masih sibuk menghitung berapa kali Nikita menulis kata perasaan dalam tiga slide itu.