RADAR NONSTOP - Manokwari, Papua Barat, Senin (19/8) masih mencekam. Bak kota perang, akses jalan ditutup massa dengan membakar ban.
Aksi ini membuat arus transportasi lumpuh. "Malam ini amsih mencekam. Warga marah kakak," ungkap warga Papua yang tinggal di Jakarta saat ditemui radar nonstop.
Warga Papua lainnya yakni Richard menyatakan, amarah warga Papua lantaran ada dugaan korban. "Mungkin mereka solideritas saja," tegasnya.
BERITA TERKAIT :Survei WRC: Kantongi Elektablitas Hingga 57,4 Persen, Pasangan Willem Wandik - Aloysius Giyai Berpotensi Menang Pilgub Papua Tengah
Duel Brimob Vs TNI AL, Lima Pasukan Terluka
Dikutip dari Antara, aksi dipicu kemarahan masyarakat Papua sebagai buntut dari peristiwa yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya dan Malang, Jawa Timur serta Semarang Jawa Tengah beberapa hari lalu.
Diduga, mahasiswa Papua di sana menjadi korban kekerasan dan pengusiran pada 16 Agustus 2019.
Aksi massa di Manokwari ini dilakukan di Jl.Trikora Wosi, Jl Yossudarso dan Jl.Merdeka Manokwari. Aparat TNI dan Polri berjaga-jaga di setiap titik.
Terpisah, Gubernur Provinsi Papua Lukas Enembe mengecam insiden kekerasan yang menimpa mahasiswa Papua di Kota Surabaya, Jawa Timur, Kota Semarang dan Kota Malang, Jawa Tengah, yang terjadi bertepatan dengan momen Hari Kemerdekaan ke-74 Indonesia.
Kecaman itu ditegaskan Gubernur dalam keterangan pers di Gedung Negara Papua, Minggu (18/8).
Total ada lima poin penting yang disampaikan berkaitan dengan insiden tersebut. Salah satunya meminta agar menghentikan rasisme dan diskriminasi mahasiswa Papua di seluruh wilayah Indonesia.
Saat memberikan keterangan pers, Gubernur Lukas Enembe atas nama Pemerintah Provinsi Papua menyampaikan prihatin dan empati terhadap insiden yang terjadi di Kota Surbaya, Malang dan Semarang yang berakibat penangkapan atau pengosongan asrama mahasiswa Papua di Kota Surabaya yang notabene adalah Kota Pahlawan.
Pemerintah Papua menurutnya menghargai upaya hukum yang dilakuan aparat keamanan sepanjang dilakukan secara proporsional dan profesional serta berkeadilan. Aparat diminta tidak melakukan pembiaran atas tindakan persekusi dan main hakim oleh kelompok atau individu orang yang dapat melukai hati masyarakat Papua.
“Hindari adanya tindakan represif yang dapat menyebabkan korban jiwa, kegaduan politik dan rasa nasionalisme sesama anak bangsa,” kata Enembe, dikutip dari Ceposonline.