RADAR NONSTOP-Anggota Komisi IX DPR, Muchamad Nabil Haroen angkat bicara terkait hasil riset INSIS yang menyebut Anggota DPR Milenial yang redup dan tidak memiliki kemampuan sebagai politikus millenial untuk ikut serta meramaikan wacana di media massa.
Diakui pria yang akrab disapa Gus Nabil ini, selama ini Anggota DPR Milenial telah membentuk Kaukus Pemuda Parlemen Indonesia (KPPI), sebagai simpul komunikasi publik dan sharing gagasan. Di kaukus ini, kata dia, rutin digelar diskusi isu-isu strategis terkait kebijakan publik, politik kebangsaan, dan isu-isu kebangsaan.
“Saya sendiri menfokuskan di media sosial, terutama konten-konten di Youtube (Channel Nabil Haroen),” ujarnya di Gedung DPR, Senin (2/12/2019).
BERITA TERKAIT :Lionel Messi Abadi di Liga Paman Sam
Enzo Maresca Gerah Jadi 'Kutu Loncat'
Walu demikian, Gus Nabil mengakui, media massa, berikut media cetak dan online saat ini menjadi kanal aspirasi publik. Ia menyebut, riset INSIS tidak apple to apple untuk membandingkan dengan tingkat pengaruh (influence) di ruang publik.
“Perlu ada riset lanjutan untuk melihat pengaruh DPR milenial di ruang publik. Tentu, catatan publikasi media massa menjadi salah satu dari instrumen untuk menganalisa,” terangnya.
Di luar itu, Politikus PDI Perjuangan ini menyebut, Riset INSIS memberi saran yang baik bagi DPR milenial agar peka terhadap isu kebijakan publik nasional, khususnya terkait dengan tugas dan misi wakil rakyat.
“Ke depan, DPR Milenial harus menjadi jembatan antara publik dan legislator. Ini penting, karena DPR Milenial aktif dengan inovasi teknologi, aktif di media sosial,” imbuhnya.
“Saya akan mengajak teman-teman DPR Milenial untuk lebih aktif menjadi influencer, dengan pelbagai platform media sosial dan antar platform media massa (televisi, radio, podcast, media cetak, media online),” sambungnya.
Masih kata Gus Nabil, DPR Milenial harus menjadi pembawa perubahan dalam politik Indonesia. “Sejarah politik Indonesia ada di tangan pemuda. Kami minta doa agar DPR Milenial benar-benar menjadi penyambung amanah rakyat, jembatan aspirasi public,” pungkasnya.
Diketahui, Ada delapan anggota DPR RI millenial yang kini duduk di parlemen untuk periode 2019-2024. Namun dari sisi pembentukan opini publik di media massa, politikus millenial belum banyak bersuara dan mewarnai pertarungan opini pada kurun Oktober 2019.
“Ini merupakan temuan yang sangat menarik. Diskusi publik seputar generasi millenial yang begitu ramai ternyata tidak diikuti dengan kemampuan politikus millenial untuk ikut serta meramaikan wacana di media massa. Padahal mereka saat ini sudah menjadi politikus nasional,” ujar Dian Permata, peneliti Founding Fathers House Jakarta pada Minggu (01/12/19).
Dian Permata menambahkan, dari hasil olah data terlihat bahwa politikus millenial yang usianya di bawah 31 tahun harus bersaing dengan politikus muda yang persentase pemberitaannya di enam media massa mencapai 10%. Bila dihitung secara total, maka pemberitaan yang mengutip politikus millenial dan politikus muda mencapai 12,5 persen.
Dian mencontohkan Hillary Brigita Lasut. Anggota DPR millennial dari Fraksi Partai Nasdem terbilang mendapat atensi media di awal kemunculannya sejak dilantik.
Adalah usia muda yang menjadi pematik publikasi soal Hillary. Itu terlihat dari data pada minggu pertama hingga kedua. Namun, pada minggu ketiga dan keempat, porsi kemunculan tidak ada sama sekali.