RADAR NONSTOP - Dompet digital ternyata hanya digandrungi karena diskon. Nah, promosi itu tentunya bisa menguras kas perusahaan.
Founder and Chairman CT Corp, Chairul Tanjung menilai aneka promosi ini hanya membakar uang. CT juga menyinggung salah satu dompet digital, OVO.
"Ternyata ada satu hal perubahan luar biasa 59 persen milenial menyukai cashless, karena dompetnya tipis, mereka butuh diskon. Jadi sekarang payment-payment ini lagi membakar uang, OVO membakar uang 50 juta sebulan, 50 juta dolar bukan rupiah, Rp 700 M sebulan dibakar, supaya dapat profile consumer," kata CT di Seminar Nasional Aprindo Bali 2019 di The Trans Resort Bali, Jl Sunset Road, Badung sepertid ikutip detik, Senin (2/12/2019).
BERITA TERKAIT :Scott McTominay Bahagia Tinggalkan Setan Merah
Miss Universe 2024, Victoria Dari Advokat & Bisnis Berlian Kini Jadi Wanita Tercantik Dunia
Data para pengguna dompet digital itu diharapkan bisa digunakan untuk kepentingan lainnya. Tapi, kata CT, mereka lupa dengan variabel konsumen yang tidak loyal.
"Dengan profile consumer berharap mereka bisa menjual yang lain-lain, mereka lupa duitnya habis terbakar, profile consumernya nggak loyal, ada pemain baru lagi consumernya pindah. Jadi itu yang terjadi di era sekarang ini," tegas jebolan Boedoet SMA 1 Jakarta Pusat ini.
Sebelumnya, pendiri sekaligus Chairman Lippi Group Mochtar Riady menyampaikan telah melepas sebagian saham di OVO. Alasannya karena Lippo sudah nggak kuat lagi bakar uang akibat praktik diskon jor-joran.
"Bukan melepas, adalah kita menjual sebagian. Sekarang kita tinggal sekitar 30-an persen atau satu pertiga. jadi dua pertiga kita jual," ujar Mochtar dalam acara Indonesia Digital Conference (IDC), Kamis (28/11/2019), dikutip dari CNBC Indonesia.
Mochtar menjelaskan Lippo tak kuat lagi mendanai OVO yang terus membakar uang demi promosi. "Terus bakar uang, bagaimana kita kuat?" tutur Mochtar.