Rabu,  27 November 2024

Jatim dan Jabar Masih Kuat

Duit Cekak, Jakarta Terancam Gagal Jadi Juara Umum PON Papua

NS/RN
Duit Cekak, Jakarta Terancam Gagal Jadi Juara Umum PON Papua

RADAR NONSTOP - Pekan Olahraga Nasional (PON) yang akan digelar di Papua pada tahun 2020 sudah di depan mata. Beberapa daerah sudah menyiapkan atlet untuk berlaga di bumi Cendra Wasih. 

DKI Jakarta sebagai ibukota memiliki tugas berat untuk menjadi juara umum. Masyarakat Pemantau Olahraga Jakarta (MPOJ) Sofwan Sulthan mengatakan, dalam sejarah PON yang juara umum adalah di mana dana pembinaan yang dominan. 

Kata dia, kabarnya KONI DKI Jakarta hanya mendapatkan dana hibah dari APBD Rp 271 miliar. "Papua itu mahal. Harga pesawat saja berapa kan paling murah bisa mencapai Rp 5-6 juta sampai Jayapura," ucapnya kepada wartawan, Kamis (5/12).

BERITA TERKAIT :
Gubernur Baru Jakarta Dapat Anggaran Rp 91 Triliun 
Hasil Evaluasi PON Aceh-Sumut, Selancar Ombak DKI: KONI & Cabor Sudah Berjuang   

Awalnya disetujui Rp 387 miliar tapi entah kenapa menjadi Rp 271 miliar. "Rp 387 miliar saja masih kurang apalagi Rp 271 miliar. Ini bahaya dan berat menjadi juara umum Jakarta, saya harap ada penambahan untuk pembinaan atlet," ungkapnya.

Menurutnya, DKI Jakarta diperkirakan akan memberangkatkan sekitar 1500 orang terdiri dari, atlet, pelatih dan aspel serta official kontingen.

Kebutuhan pembinaan prestasi olahraga memang tidak sedikit. Biasanya, induk olahraga provinsi yakni KONI selain memberikan honor ke atlet, pelatih dan aspel serta para bibit atlet (Lapis II) juga harus melakukan  training camp (TC) baik di dalam negeri maupun luar negeri. 

Sebelum TC, para atlet biasanya sudah dipusatkan pada pelatihan daerah atau pelatda. Dari hasil kajian MPOJ menyebutkan, pada PON Riau 2012, KONI DKI Jakarta mendapatkan sekitar Rp 321 miliar dan berhasil menjadi juara umum menumbangkan Jawa Timur, Jawa Barat serta Jawa Tengah.  

Saat PON Jawa Barat pada 2016, KONI DKI Jakarta hanya mendapatkan Rp 200 miliar dan berada diperingkat ketiga di bawah Jawa Barat dan Jawa Timur. "Artinya dana pembinaan atlet prestasi menjadi dominan. Apalagi kabarnya pesaing Jakarta seperti Jawa Barat dan Jawa Timur dapat dana hibah lebih besar sekitar Rp 400 miliar," tegasnya.

Dana jumbo Jawa Barat dan Jawa Timur belum ditambah dengan anggaran hibah di KONI kabupaten dan kota. "Ini bahaya, kalau Jakarta hanya dapat Rp 271 miliar maka paling hebat peringkat empat di bawah Jawa Timur, Jawa Barat dan tuan rumah Papua," ungkap aktivis olahraga Jakarta ini. 

Data dari tiket online pada Kamis (5/12) menyebutkan, untuk penerbangan Jakarta ke Jayapura, Papua dengan maskapai Lion Air sekitar Rp 5,8 juta per orang. Jika naik Garuda Indonesia sekitar Rp 10 juta per orang.

"Harga ini pasti akan naik lagi ketika PON. Karena akan ada ribuan kontingen dari berbagai provinsi menuju Papua. Belum lagi biaya hotel, makan, kendaraan antar jemput atlet dan posko serta lainnya," beber Sofwan.

Diketahui, sejak Oktober 2019, honor atlet dan pelatih serta aspel di Jakarta sudah naik. Atlet dari Rp 4,5 juta menjadi Rp 7,5 juta, pelatih dari Rp 6 juta menjadi rp 9 juta. 

Lalu, asisten pelatih atau aspel  dari Rp 4.750.000 menjadi Rp 7.750,000 juta. Kenaikan ini belum terhitung pajak. 

Kenaikan itu belum ditambah dengan anggaran ekstra puding atau vitamin yang masing-masing atlet, pelatih dan aspel menerima Rp 1 juta per bulannya.