Jumat,  22 November 2024

Soal Hiburan Malam, Pemkot Tangsel Dianggap “Omong Kosong” Usung Religiusitas

Doni
Soal Hiburan Malam, Pemkot Tangsel Dianggap “Omong Kosong” Usung Religiusitas
Tempat hiburan malam dan tempat maksiat. (Ilustrasi).

RADAR NONSTOP- Tempat Hiburan Malam (THM) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dinilai semakin tak terkontrol keberadaannya, Minggu (12/1/2020).

Apalagi dengan adanya operasinya kembali THM Grand Matador BSD pasca penggerebegkan beberapa waktu lalu terkait narkoba yang menggelandang bos, serta pemandu lagu di Grand Matador BSD, Serpong, Tangsel.

Ketua Dewan Masjid Tangsel, Arief Wahyudi menilai dari tahun ke tahun Pemkot Tangsel melakukan pengawasan hiburan malam polanya hanya itu-itu saja. 

BERITA TERKAIT :
DPRD Tangsel Tancap Gas, Kebut 12 Raperda Di 2025
Modus Baru Hipnotis Di Serpong Tangsel, ATM Ditukar Lalu Dikuras, Duit Belanja Emak-Emak Ludes 

Sehingga pihaknya menilai dengan penutupan hiburan malam dan tempat maksiat karena ada desakan dianggap sebagai siklus tahunan. Pasalnya, tidak lama lagi hiburan malam dan tempat maksiat tersebut dibuka lagi.

"Saya pikir ini merefleksikan bahwa Tangsel ini tidak serius dengan religiusitas, saya sudah sampe pada kesimpulan itu,"tegas Arief Wahyudi kepada Radarnonstop.co (Rakyat Merdeka Group), Minggu (12/1/2020).

Dosen PKN STAN tersebut kembali menegaskan, bahwa Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany, dalam hal pengawasan dan penertiban hiburan malam di Tagsel tidak serius dalam mewujudkan religiusitas.

"Walikota tidak serius mewujudkan religiusitas, kenapa? Religiusitas itu bukan hanya kalau perayaan hari besar islam saja, tapi makruf nahi mungkar itu satu paket. Sedangkan kemungkaran-kemungkaran ini kalau melihat polanya dari tahun ke tahun, satu ditutup terus dibuka lagi, itu hanya nakut nakutin tempat maksiat lain saja,"tegasnya.

Kendati demikian, dengan adanya penertiban hiburan malam dan tempat maksiat di Tangsel yang dianggap buat nakut-nakutin. Arief berpendapat, kemungkinan skenario itu terdapat transaksi yang ada di ungkap begitu. 

"Ditutup dan dibuka lagi mungkin ada transaksi yang ada, karena saya mengamati pola ini dari tahun ke tahun sama, ditutup buka lagi, adem lagi. Jadi saya sampai pada kesimpulan bahwa religiusitas di Kota Tangsel sampai hari ini omong kosong,"jelas Arief Wahyudi.