RADAR NONSTOP - Sudah bukan rahasia lagi jika dalam kesusahan warga ada saja yang memanfaatkan untuk mengeruk keuntungan sebesar - besarnya. Tak peduli orang susah yang penting dapat duit banyak.
Kira - kira demikian yang terjadi belakangan ini seiring dengan informasi resmi dari pemerintah bahwa dua warga Depok dinyatakan positif Covid -19. Imbas dari pengumuman tersebut, panic buying ditengah - tengah masyarakat tak dapat dihindarkan.
Bukan hanya bahan pokok, masker malah menduduki peringkat pertama yang paling dicari warga. Masker pun menjadi barang langka dan mahal.
BERITA TERKAIT :Rakyat Menderita Saat Corona, Koruptor Malah Beli Pabrik Air Minum Di Bogor
Corona Marak Lagi Di Singapura, Bikin Parno Aja Tuh Virus
Masker mendadak susah didapat, hilang seperti hantu. Padahal biasanya, di setiap gerai apotik, mini market, pasar - pasar tradisional bahkan di lampu merah dan pinggir jalan, sebelum virus corona muncul sangat mudah dijumpai.
Ditengarai, hilangnya masker dari pasaran ulah spekulan yang ingin mencari untung sebesar - besarnya. Logika pasar, ketika stok kurang dan permintaan banyak, maka harga ikut melambung tinggi.
Sudah semestinya, pemerintah pusat dan daerah hadir untuk menetralisir kondisi ini agar rakyat tidak semakin terjepit.
Namun, sungguh sangat disayangkan, Perumda Pasar Jaya yang notabene merupakan perusahaan plat merah milik Pemprov DKI Jakarta, sepertinya ikut terbawa arus. Bersikap kayak seperti spekulan yang beberapa hari lalu digrebek dan ditangkap polisi karena menimbun dan menjual harga masker di luar batas rasional.
Betul, sebuah perusahaan baik itu swasta atau milik pemerintah harus jeli melihat dan memanfaatkan kondisi untuk meraup keuntungan sebesar - besarnya. Seperti kondisi saat ini, masker jadi barang langka.
Akan tetapi, sebagai perusahaan plat merah, apakah layak Perumda Pasar Jaya ‘ikut - ikutan’ bermain dalam kondisi seperti sekarang ini. Jual masker dengan harga selangit?
“Kalau untuk saat ini, kita sendiri dari Pasar Jaya memang sudah membeli masker bisa nantinya kita jual lagi ke masyarakat," ucapnya, Selasa (3/3/2020).
Akibat kelangkaan di pasar, Gatra mengatakan, pihaknya terpaksa menaikan harga masker itu.
Ia pun menyebut, masker merk WellBest yang dijual oleh pihaknya dibanderol dengan harga Rp 300 ribu per boks atau Rp 6.500 untuk satu masker.
"Ita betul (harganya naik), memang harga perolehannya sendiri saat ini naik," ujarnya saat dikonfirmasi dikutip dari laman tribunnews.
Gatra mengakui, harga yang dibanderol oleh pihaknya ini memang cukup tinggi dibandingkan sebelum ditemukannya pasien positif terinfeksi corona.
Sebelum virus asal Wuhan, Tiongkok itu tiba di Jakarta, masyarakat bisa membelinya dengan harga cukup murah, yaitu Rp 30 ribu per bos di gerai Pasar Jaya.
"Kalau yang paling biasa yang warna hijau itu mungkin kurangebjh harganya cuma Rp 30 ribu, kalau enggak salah di Pasar Pramuka," kata Gatra.
Di sisi lain, PT Kimia Farma (Persero) Tbk ternyata lebih memiliki hati nurani dan peka terhadap kondisi masyarakat. Di tengah meroketnya harga masker di pasaran. Di salah satu apotek mereka di Menteng Huis, Cikini, Jakarta Pusat, Kimia Farma menjual masker dengan harga Rp 2.000 per satuan atau pieces.
"Untuk seluruh Apotek Kimia Farma sekarang, posisinya tersedia," kata Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir saat ditemui di lokasi pada Rabu, 4 Maret 2020.