RADAR NONSTOP - Jika Corona terus berlarut maka ancaman ekonomi pasti mengancam. Apalagi, dolar USA terus melambung.
Diketahui, pada Jumat (20/3), nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) telah menembus level Rp 16.000. Bahkan, sejumlah bank telah menjual dolar AS dengan harga Rp 16.500.
Ketua Bidang Ketenagakerjaan, Vokasi dan Kesehatan BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sari Pramono meminta pemerintah untuk lebih sigap dalam menanggapi wabah virus corona (COVID-19). Jika tidak, dia tidak tanggung-tanggung menyebut ada kemungkinan para pengusaha untuk gulung tikar. Beberapa sektor saat ini sudah mulai kesulitan.
BERITA TERKAIT :KFC Jebol Rp 557 Miliar Dan PHK Ribuan Karyawan, Apakah Dampak Boikot?
Trump Presiden AS, Penimbun Dolar Asal Jakarta Langsung Untung Gede
"Teman-teman di sektor hotel mungkin sudah ada yang merumahkan juga. Bahkan saya dengar juga ada sebagian yang sudah di PHK. Kalau EO (event organizer) saya juga dengar kesulitan dengan cost-cost, di EO gaji (pekerja) lumayan, event di-cancel," sebut Sari dalam HIPMI Policy Discussion Pengusaha vs Corona di Jakarta, Jumat (20/3).
"Di sini ketika Pemerintah ingin ada lapangan kerja, tapi di sisi lain sulit. Di bidang restoran mungkin mereka buka, kalau mereka tutup bener-bener gimana karyawan mau dikasih makan? Kalau restoran tutup, Gojek gimana mau ambil makanan," lanjutnya.
Kondisi saat ini memang menyulitkan, Sari menyebut pengusaha mau bekerjasama dengan pemerintah untuk meminimalisir dampak penurunan ekonomi yang terjadi. Namun, kepastian regulasi juga harus jelas. Diantaranya dalam izin impor.
"Misal kita mau ambil barang dari luar, kita bingung juga izinnya gimana ya? Datangnya takut (disebut) ilegal. Kemarin saya tanya polisi, Bapak lagi sibuk apa sekarang. Kita lagi sibuk (urus) masker ilegal. Kita kan jadi ngeri juga pengusaha, jadi harus ada satu kata dari pemerintah dari pemerintah, kalau memang dipermudah izin-izin tadi seperti apa?" katanya.
Kepastian-kepastian tersebut yang menurutnya harus cepat dibuat, jika tidak maka dampak dominonya bisa semakin besar. Diantaranya mau tidak mau harus melakukan PHK.
"Kita nggak bisa lama-lama, kalo nggak pengusaha sudah pasti gulung tikar karena kita nggak tau kepastian sampai kapan," sebut Sari.
Ekonom sekaligus Direktur Riset Core Indonesia, Piter Abdullah Redjalam mengatakan, PHK memang bisa saja terjadi akibat respon dunia usaha.
Pasalnya tidak ada kepastian kapan wabah akan berakhir sehingga menimbulkan kepanikan di sektor keuangan.
"Dengan gambaran dampak corona terhadap perekonomian tersebut kita bisa memprediksi gelombang PHK atau setidaknya merumahkan pekerja adalah respons dari dunia usaha," kata Piter dikutip dari kompas.com, Jumat (20/3/2020).