RADAR NONSTOP - Sekolah di Jabodetabek diliburkan hingga dua minggu. Lalu apa tanggapan emak-emak terkait anaknya belajar di rumah?
"Wah, jebol saya beli paket internet. Mana PR banyak, pusing dah," ungkap Santi (45) warga Cipinang, Jakarta Timur, Sabtu (21/3).
Emak dua anak ini mengaku, dirinya terpaksa merogoh kocek lebih boros saat anaknya belajar di rumah akibat Corona. "Dua hari beli paket internet Rp 100 ribu. Belum jajan dan cemilan ini," ungkapnya.
BERITA TERKAIT :Lawrence Wong Kena COVID-19, Yang MMau Liburan Ke Singapura Waspada
Rakyat Menderita Saat Corona, Koruptor Malah Beli Pabrik Air Minum Di Bogor
Diah, warga Depok, Jawa Barat juga mengeluh. Selain banyak PR, pengeluaran per hari lebih besar. "Paket internet, belum jajaan dan lainnya. Stok belanja satu minggu habis dalam tiga hari," tegas, emak tiga anak ini.
Hal senada diungkapkan Erni. Warga Serpong, Tangerang Selatan ini mengaku, sejak anaknya diliburkan dan belajar di rumah bukan hanya pengekuaran tapi PR yang menumpuk bikin pusing.
"PR-nya banyak dan aneh-aneh dah," terangnya.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sebelumnya meminta pemerintah pusat dan daerah mengevaluasi sistem belajar di rumah karena sekolah diliburkan selama wabah covid-19 atau penyakit virus corona merebak.
Komisioner KPAI bidang pendidikan, Retno Listyarti menilai sistem belajar di rumah yang diterapkan sekolah tidak efektif karena belum ada pemahaman yang baik oleh para guru. Sebab selama kebijakan belajar dari rumah, banyak guru malah memberikan tugas-tugas sampai menumpuk yang berujung para siswa menjadi stres.
"KPAI menerima pengaduan sejumlah orangtua siswa yang mengeluhkan anak-anak mereka malah stres karena mendapatkan berbagai tugas setiap hari dari para gurunya," tuturnya melalui keterangan pers, Rabu (18/3).
Ia menduga kebanyakan guru mengartikan belajar di rumah dengan memberikan tugas secara daring, dan meminta siswa mengumpulkan tugas setiap hari.
Sementara Mendikbud Nadiem Makarim mendapat informasi terkait adanya tenaga pendidik di kawasan terdampak virus Corona COVID-19 yang masih datang ke sekolah atau perguruan tinggi. Dia pun menekankan agar aktivitas mengajar dilakukan dari rumah secara online.
"Guru dan dosen di wilayah terdampak COVID-19 sebaiknya tidak pergi ke sekolah atau kampus sementara waktu ini. Saya mendengar banyak tenaga pengajar yang masih beraktivitas normal. Saya tekankan, aktivitas bekerja, mengajar, atau memberi kuliah bisa tetap dilakukan dari rumah dengan memanfaatkan teknologi," kata Nadiem dalam keterangan tertulis pada Jumat (20/3/2020).
Menurut Nadiem, ada sekitar 166 pemerintah daerah dan 832 perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta yang telah meniadakan aktivitas di sekolah dan perguruan tinggi. Nadiem menyarankan agar semua guru dan dosen bekerja dari rumah.
"Kalau siswa atau mahasiswanya belajar di rumah atau tempat tinggal masing-masing, maka para pendidik dan pegawai juga bisa bekerja dari rumah," tegas Nadiem.
Lebih lanjut dia menjelaskan, kinerja para pengajar tidak diukur dengan kehadiran fisik. Pembelajaran dapat tetap dilakukan dari rumah secara digital atau online.
"Kehadiran fisik tidak menjadi ukuran kinerja. Yang terpenting adalah pembelajaran tetap berjalan dan terus terjadi. Hanya caranya yang berubah menjadi pembelajaran daring," ujar Nadiem.