Sabtu,  23 November 2024

Asosiasi Pertekstilan Indonesia Beri Klarifikasi

Nike Stop Beli Pakaian dari RI, 35.000 orang di-PHK?

Agus Supriyanto
Nike Stop Beli Pakaian dari
RI, 35.000 orang di-PHK?

RADAR NONSTOP--Saat ini, masyarakat di dunia maya sedang dihebohkan dengan pemberitaan 35.000 karyawan terancam terkena PHK (pemutusan hubungan kerja). Hal itu dikarenakan perusahaan Nike kabarnya berhenti memesan (membeli) pakaian olahraga dari 19 perusahaan garmen atau produsen pakaian jadi di Indonesia.

Pihak Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pun langsung mengkonfirmasi langsung ke pihak Nike. Dan pihak Nike menyatakan perusahaan di Amerika Serikat itu tidak berhenti memesan pakaian olahraga dari Indonesia.

Nah, seandainya Nike benar-benar berhenti memesan pakaian olahraga dari Indonesia, benarkah bisa mengakibatkan 35.000 karyawan kena PHK? Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat pun membuat klarifikasi.

BERITA TERKAIT :

Hal itu, kata Ade, tidak akan sampai membuat 35.000 karyawan terkena PHK. Mengapa? Sebab, 19 pabrik yang memasok pakaian ke Nike tidak bergantung 100% ke perusahaan produk olahraga asal Amerika Serikat (AS) itu.

"19 perusahaan itu saya cek satu per satu. Mereka ketergantungannya sama Nike hanya 15% rata rata, tidak 100%," ungkap Ade Sudrajat kepada wartawan, di Jakarta, Jumat (12/10/2018).

Dari hasil pengecekan ke perusahaan garmen tersebut, Sudrajat menyatakan, mereka tidak hanya bergantung ke Nike. Sebab, lanjutnya, mereka juga memasok pakaian ke brand-brand lainnya.

Sehingga, jika pun Nike berhenti memesan pakaian olahraga dari 19 perusahaan itu, maka, ujarnya, tidak akan membuat 35.000 karyawan kehilangan pekerjaan. Karena, 19 pabrik tersebut akan tetap berproduksi memasok pakaian ke brand lain, imbuhnya.

"Dia bilang enggak mungkin satu perusahaan sangat bergantung sama satu brand. Pasti kita mensuplai kepada 10 lebih brand yang kuat," tegasnya.

Ditambahkan Ade, selama Nike merasa untung bekerja sama dengan pabrik di Indonesia, mereka akan terus memesan pakaian dari pabrik tersebut. "Selama masih menguntungkan akan terus. Tetapi, kalau sudah tidak menguntungkan, dia (Nike) bilang pasti cari sourcing yang menguntungkan,"  Ade menerangkan.