Sabtu,  28 December 2024

Info Sejuk Nih, Corona Bakal Tamat Bulan Juni 

NS/RN/NET
Info Sejuk Nih, Corona Bakal Tamat Bulan Juni 
Ilustrasi

RADAR NONSTOP - Info sejuk datang dari Singapura. Para ilmuan di Universitas Teknologi dan Desain Singapura (SUTD) memperkirakan Corona di Indonesia akan berakhir pada bulan Juni. 

Para ilmuan itu memprediksi wabah COVID-19  saat ini Indonesia sudah memasuki masa puncak. Prediksi ini dibuat oleh Laboratorium Inovasi Berbasis Data (DDI SUTD) dan ditampilkan di situsnya, bertajuk 'Kapankah COVID-19 Akan Berakhir?'.

Ada 27 negara lain yang ikut diprediksi oleh akademisi dari SUTD. Metode yang digunakan adalah model SIR, atau susceptible (rentan), infected (tertular), recovered (sembuh). 

BERITA TERKAIT :
Lawrence Wong Kena COVID-19, Yang MMau Liburan Ke Singapura Waspada
Rakyat Menderita Saat Corona, Koruptor Malah Beli Pabrik Air Minum Di Bogor

Mereka menerapkan kode-kode dari Milan Batista, ilmuwan dari Universitas Ljubljana, Slovenia. Juga, mereka memanfaatkan data dari situs Our World in Data.

Namun demikian, Laboratorium Inovasi Berbasis Data SUTD ini memperingatkan bahwa penelitian yang mereka tampilkan di situs itu hanya bertujuan untuk pendidikan dan riset, serta bisa jadi memuat kesalahan (eror).

Berikut adalah hasil hitung-hitungan mereka mengenai berakhirnya virus Corona di Indonesia:

Tanggal titik balik dari puncak: 20 April 2020
Berakhir 97%: 7 Juni 2020
Berakhir 99%: 24 Juni 2020
Berakhir 100%: 7 September 2020

"Dalam hal ini, tanggal akhir yang diperkirakan adalah waktu untuk mencapai 97% dari total kasus epidemi yang diharapkan," tulis DDI SUTD.

Saat puncak itu, kasus baru positif COVID-19 di Indonesia diprediksi mencapai 350 kasus per hari. Namun kasus baru positif COVID-19 yang benar-benar terjadi di Indonesia diperkirakan lebih dari itu, yakni mencapai puncaknya hingga nyaris 450 kasus per hari.

Guru Besar Statistika Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dedi Rosadi sebelumnya juga memprediksi wabah Corona. Bersama dengan pakar lainnya yaitu Heribertus Joko, alumnus FMIPA UGM, dan Fidelis I Diponegoro, alumnus PPRA Lemhanas, Dedi membuat permodelan probabilistik dengan dasar data nyata atau probabilistik data-driven model (PDDM), dengan asumsi waktu puncak tunggal.

"Rilis terbaru tersebut mengacu dengan data publikasi pemerintah hingga 23 April 2020. Dari data itu diperkirakan waktu puncak pandemi terjadi pada Mei 2020 dan pandemi akan mereda di akhir Juli 2020," kata Dedi dalam keterangan tertulis, Sabtu (25/4/2020).

Sebelumnya, berdasarkan data pemerintah sampai 26 Maret 2020, pada akhir Maret 2020 lalu, Dedi dan tim telah merilis prediksi sementara akhir pandemi terjadi pada akhir Mei 2020 dengan total penderita positif COVID-19 mencapai 6.174 kasus. 

Prediksi menggunakan model PPDM tersebut bersifat sementara dan diperbaharui berkala sesuai data yang ada untuk prediksi jangka panjang.

Dedi menyampaikan akurasi model dengan parameterisasi dan hasil simulasi prediksi seperti di atas masih perlu dievaluasi dalam setidaknya 2 minggu ke depan. Hal itu dilakukan untuk melihat apakah terjadi tren penurunan yang konsisten atau justru menjadi tren naik. Namun, akurasi prediksi akan semakin baik jika puncak pandemi telah terlewati.

"Hasil prediksi yang diberikan di atas baru memotret data nasional sebagai satu entitas dan melakukan sejumlah simplifikasi. Misalnya, belum menggambarkan potensi penyebaran virus karena faktor kondisi geografis Indonesia berupa negara kepulauan," katanya.

Selain itu, Dedi menjelaskan, belum memodelkan efek pengaruh pengendalian dari pemerintah seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Namun secara umum, harus dipahami bahwa kesesuaian realitas masa depan dengan hasil simulasi model matematis (termasuk model PDDM) bergantung kepada banyak faktor yang kompleks.

"Secara matematis, semakin jauh dari titik pengamatan terakhir ketidakpastian prediksi masa depan akan semakin besar. Sebab, banyak faktor yang terus berubah dalam waktu di masa yang akan datang," ucapnya.

#Corona   #PSBB   #Pasien