Minggu,  05 May 2024

Ngeluh, Keluarga Meninggal Sakit DBD Dimakamkan Kaya Pasien Positif Corona Di Bekasi

YUD
Ngeluh, Keluarga Meninggal Sakit DBD Dimakamkan Kaya Pasien Positif Corona Di Bekasi
Yasser dan data Surat Kematian dari RS Awal Bros Kota Bekasi.

RADAR NONSTOP - Keluarga Almarhumah Pahra, warga RT.001/RW.026 Kampung Karang Jaya, Desa Karang Satria, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, mengeluhkan pemakaman ibunya dengan protokoler status pasien positif covid-19.

Pasalnya, sejak awal dirawat, Pahra telah melakukan serangkaian uji laboratorium yang hasil negatif Covid-19. 

Yasser salah satu anak Pahra menjelaskan, awalnya pada lebaran orang tuanya mengaku meriang, nyeri dan linu badan. Usai lebaran ketiga ia kemudian membawa Ibu ke Klinik Rawa Kalong untuk melakukan tes uji laboratorium dan ternyata hasilnya itu types dan DBD. Lantaran berharap mendapatkan perawatan yang baik, ia pun kemudian membawa Ibu ke rumah sakit.

BERITA TERKAIT :
Loi-lobi Partai, M2 Yakin Punya Modal Menang Pilkada Kota Bekasi
Jalan Kaki, Ketua DPC PDIP Kota Bekasi Mendaftarkan Diri ke PKB Sambut Pilkada 2024

" Pada saat itu juga kami bersama keluarga berinisiatif membawa Ibu saya ke Rumah Sakit, Jl. KH. Noer Ali, RT.001/RW.009, Kel. Kayuringin Jaya, Kec. Bekasi Barat, Kota Bekasi. Setelah itu Ibu saya langsung dapat tindakan Rapid Test, suhu tubuh dicek, masih normal, masih 37 awalnya suhu tubuh ibu saya. Untuk sumber pembiayaan itu kita di cover oleh BPJS. Kita mendaftarkan dan diterima langsung oleh pihak Rumah Sakit dengan BPJS," terang Yasser kepada radarnonstop.co (Rakyat Merdeka Group), Minggu (7/6/2020).

Dan saat itu, sambung Yasser, langsung ada penanganan pihak Rumah Sakit walaupun kita sempat menunggu, 2 atau 3 jam karena untuk dilengkapi dulu kali ya pendataan prosesi BPJSnya.

"Nah setelah itu, di tes Laboratorium lagi darah Ibu saya di Rumah Sakit yang ternyata hasilnya benar, ibu saya itu Types dan DBD tidak positif Covid-19, dan hasil dari Rapid Test itu Ibu saya Non Reaktif Covid-19. Pada saat itu, dari Bagian Rumah Sakit petugas Laboratorium menyatakan Ibu saya memang positif Types dan DBD dan juga ada seperti cairan di Paru-paru atau fleklah," terangnya.

Namun yang saya herankan, kata Yasser, hari itu juga Ibu saya disuruh masuk ke ruang isolasi yang katanya untuk menyembuhkan yang ada fleknya dulu, cairan di Paru-paru baru nanti dibawa keruang rawat inap.

"Prosesi perjalanan, Ibu saya yang tidak boleh ditemani yang akhirnya karena Ibu saya Non Covid-19 boleh ditungguin saya adik saya selama dua hari. Malam pertama gak boleh, malam kedua dan ketiga boleh hingga akhirnya Ibu saya meninggal dunia. Namun yang menjadi satu kejanggalan buat kita (pihak Keluarga), memang Almarhumah Ibu saya meninggal dunia diruang isolasi tersebut, kenapa prosesi flek saja harus masuk diruang isolasi? Padahal yang urgent dan daruratnya itukan Types dan DBD. Ketika masuk diruang isolasi Ibu saya hari pertama itu seperti orang depresi, karena tidak ada yang menemani sampai-sampai Ibu saya membawa infusan ke Perawat yang meminta pindah dari ruang isolasi apalagi pihak petugas medisnya menggunakan baju Handset dilengkapi Alat Pelindung Diri lengkap semuanya, jadi Ibu saya semacam gamang, itu yang menjadi satu ketakutan Ibu saya," terang Yasser seraya bertanya.

Seharusnya, kata Yasser, ketika Ibu saya menjalani masa pengobatan penyakit Types dan DBD itu mesti istirahat yang prima sedangkan didalam ruangan itu tidak bisa istirahat.

" Ibu sempat ngomong ke Adik untuk membawa saya pulang kalau tidak saya bisa mati disini. Hari ketiga, jam setengah empat Ibu saya Drop dan jam empat lewat lima belas menitan Ibu saya sudah tidak bisa tertolong yang akhirnya meninggal dunia dengan keterangan Types dan DBD dan disurat Kematian Ibu saya yang di tanda-tangani oleh dr. Viktor status Ibu saya keterangannya Types dan DBD bukan Covid-19. Nah pada saat kita mau membawa pulang kerumah duka, disini, rumah kami ini, itu ditahan sama pihak Rumah Sakit, tidak diperbolehkan karena kami diarahkan prosesi pemakaman Almarhumah Ibu saya itu harus mengikuti Protokoler Pemakaman Covid-19. Disini kami merasa ganjal, kenapa mesti Covid, padahal Ibu saya Negatif," kesal Yasser 

Meski mengaku bingung, dirinya dan keluarga tetap melakukan pemakaman di TPU Mangun Jaya dengan Protokoler Covid-19.

Menurut Yasser, sejak ibunya dimakamkan dengan protokoler positif covid-19, keluarganya kini seperti dijauhi oleh warga sekitar.

"Apalagi Ibu saya Tokoh Masyarakat wanita disini, panutan para Ibu-ibu disini. Yang tadinya ramai ketika mendapatkan jenazah langsung diantar ke Mangun Jaya dengan prosesi Pemakaman lewat Protokoler Covid-19, itu warga semua sekitar sini menjauh,” ungkapnya.