RADAR NONSTOP - Group Bani Kadrun adalah orang - orang yang kecewa dengan kemenangan Jokowi di Pilpres 2019.
Kelompok ini tambah sakit hati melihat kenyataan sang kompetitor Prabowo Subianto bergabung dan menjadi salah satu menteri di kabinet Indonesia Maju 2019 - 2024.
Begitu dikatakan oleh Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari) 98, Willy Prakarsa kepada radarnonstop.co, Rabu (17/6/2020).
BERITA TERKAIT :Setyo Budiyanto Jadi Ketua KPK, Bakal Geber OTT Ke Koruptor
Rakyat Menderita Saat Corona, Koruptor Malah Beli Pabrik Air Minum Di Bogor
“Mayoritas konstituen Prabowo dari semua elemen termasuk HTI belum move on atas kekalahan di Pilpres 2019. Sakit hati mereka tambah dalam dan berkarat menerima kenyataan Jokowi sukses mengajak Prabowo Subianto bergabung dalam kabinetnya,” ungkap Willy.
Adapun cara kerja Bani Kadrun ini, imbuh Willy, mereka gencar memainkan berbagai macam isu yang miliki ancaman dan potensi mengganggu Sitkamtibmas dalam negeri.
“Mereka gencar mainkan isu kebangkitan PKI, selalu merongrong pemerintah lewat kritik yang dianggapnya bagian dari dinamika demokrasi. Padahal, sejatinya Group Bani Kadrun notabene pengusung setia Khilafah yang mengharamkan demokrasi. Khalifah diubah menjadi Khilafah menuju Daulah Islam,” paparnya.
Bahkan, tambahnya, Group Bani Kadrun ini tidak segan - segan buka lapak dan menjadi pemilik kavling surga. Memberikan iming - iming surga dan menakut - nakutinya dengan cerita seram dari neraka.
“Padahal, kalau saja mereka adalah pemilik kavling surga ada baiknya mereka suruh pulang duluan ke surga. Tapi faktanya Bani Kadrun ini, tidak bakalan mau mati duluan, itulah munafiknya mereka,” imbuhnya.
Contoh lain dari pola kerja Bani Kadrun adalah kasus Novel Baswedan, mereka jadikan bahan bancakan dan digoreng sedemikian rupa guna mendiskreditkan Polri yang sudah bekerja mati - matian dan profesional.
“Eh malah dianggapnya sebuah sandiwara. Padahal publik tahu kinerja Polri yang sudah maksimal. Lucunya lagi, Presiden RI Jokowi ditekan agar ikut intervensi soal perkara Novel Baswedan yang konon katanya disiram oleh Air keras? Entahlah terlepas Novel itu benar atau tidak, itu nantinya masuk kedalam ranah pengadilan. Ironis, Novel sebagai penyidik handal di KPK tiba - tiba menghembuskan isu bikin New KPK?,” bebernya.
“Artinya Novel yang berpangkat Kompol (Mayor) mau langsung naik pangkat menjadi Komjen Pol (Letjen) seperti ketua KPK yang sekarang dipimpin oleh Komjen Pol Firli. Bisa dibayangkan sosok Novel ada indikasi ego dan kemaruk pangkat dan jabatan? Mungkin dipikirnya Novel itu, Negeri dan Republik ini milik bapak moyangnya semata, jadi suka - suka dia yang mengatur?,” sambung Willy.
Kasus Bengkulu Disarankan Dibuka Lagi
Seterusnya Willy menyarankan buat Novel, ada baiknya usai kasus penyiraman air keras Novel miliki sifat ksatria dan gentlemen. Minta kepada Kejagung RI buka kembali kasus tewasnya maling yang ditembak mati saat Novel dinas di Bengkulu.
“Agar peristiwa kasus tersebut terang benderang. Saya optomis jika Novel lakukan langkah ksatria tersebut, maka dia akan enak makan enak tidur. Justru yang membuat saya prihatin pada Novel kalau dia di bully terus - terusan soal kasus Bengkulu,” sesal Willy
“Publik saat ini melihat kegamangan apakah Novel penegak hukum (penyidik) atau dia seorang politisi lantaran mau buat New KPK? Apa iya kalau seandainya New KPK sukses dia bentuk, nantinya akan diisi oleh Group Bani Kadrun? Untungnya semua itu baru cuma mimpi,” pungkas Willy.