RADAR NONSTOP - Persoalan sampah di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) belum juga teratasi, meski sejumlah program sudah dijalankan dari bank sampah hingga rumah minim sampah. Sayang, program tersebut belum terlihat hasilnya, Senin (22/6/2020).
Bahkan, masalah sampah menjadi sorotan setelah sheet pile Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang roboh pada 22 Mei 2020 lalu. Akibat robohnya sheet pile itu ratusan ton sampah tumpah memenuhi bibir sungai Cisadane.
Dilain sisi, sejumlah aktivis lingkungan ramai-ramai mengkritik penanganan sampah yang dikerjakan kurang serius oleh Pemkot Tangsel.
BERITA TERKAIT :DPRD Tangsel Tancap Gas, Kebut 12 Raperda Di 2025
Modus Baru Hipnotis Di Serpong Tangsel, ATM Ditukar Lalu Dikuras, Duit Belanja Emak-Emak Ludes
Menanggapi persoalan tersebut, Bakal Calon Walikota Tangerang Selatan (Tangsel) Siti Nur Azizah, mengaku sudah lama berdiskusi dengan aktivis lingkungan. Salah satunya membahas masalah sampah dan masa depan TPA Cipeucang.
Hasil dari diskusi tersebut, Azizah berpandangan perlu ada gerakan gotong-royong untuk mengatasi persoalan sampah. Tidak bisa dikerjakan oleh pemerintah saja, kata Aziah, masyarakat pun harus terlibat.
"Tinggal bagaimana mengkomunikasikan ke masyarakat dalam gerakan sampah ini. Kalau ada kemauan serius dari pemerintah saya yakin bisa," katanya saat ditemui di acara diskusi bersama aktivis lingkungan di kawasan Bintaro, Pondok Aren.
Azizah pun memamerkan program penanganan sampah. Program itu pun diberi nana Jelita atau jemput limbah rumah tangga. Program ini mengelola sampah organik menjadi pupuk cair.
Putri Wapres Ma'ruf Amin tersebut meyakini bahwa Jelita sesuai namanya yang nanti akan digemari masyarakat. Selain mudah dikerjakan, juga hasilnya bisa mengurangi tumpukan sampah yang kian menggunung di TPA Cipeucang.
"Kalau jadi gerakan masyarakat Tangsel dalam waktu tidak lama masalah sampah bisa teratasi. Terpenting pemerintah bisa massif mengerakan program ini. Warga pun mendukung," jelas Azizah.
Dengan begitu, Azizah berpendapat bahwa program Jelita akan menjadi gerakan kota yang kemudian menggerakkan partisipasi masyarakat.
Sebagai motor penggerak RT dan RW lokal di rumah tangga. Hal tersebut tentunya menjadi gerakan masyarakat Tangsel. Tentunya hal ini menjadi solusi sistematis, terukur, dan partisipasi masyarakat.
"Tak hanya menggaungkan Tangsel sebagai smart city tapi juga smart society,"ujarnya.
Sementara itu, kordinator Sekber Jeletreng, Aquary Sandi mengkritik pola pikir pemerintah dalam melihat isu lingkungan. Yakni hanya melihat satu aspek saja, namun mengabaikan aspek lainnya.
Misal arah pembangunan tak hanya dilihat dari infrastruktur saja tetapi juga pelestarian lingkungan. Nah, ini yang harus dilihat. Selama ini ukuran keberhasilan kota dipandang dari bagusnya jalan, banyaknya gedung bertingkat, dan sebagainya.
Pemerintah seringa abai terhadap pelestarian lingkungan, menjaga lingkungan, ataupun mengkampanyekan gerakan lingkungan.
"Kalaupun ada masalah lingkungan yang dibahas hanya seremonial saja tanpa aksi nyata. Ini yang harus diubah," katanya.
Tanpa adanya gerakan konkrit pemerintah ditambah kesadaran masyarakat, jangan harap persoalan sampah bisa selesai. Yang ada, bencana di TPA Cipeucang bisa terulang lagi. Karenanya dia menyambut baik inisiasi program jelita tersebut oleh putri wapres tersebut.