RADAR NONSTOP - Dua menteri koordinator beda soal ekonomi disaat pandemi Corona. Menkopolhukam Mahfud MD menyebut menilai resesi ekonomi bagi Indonesia sulit terelakkan.
Bahkan, Mahfud mengaku 99% bulan depan RI akan mengalami resesi. Ucapan Mahfud ini beda dengan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Luhut meminta agar tetap optimisme soal perekonomian Indonesia harus tetap dijaga.
BERITA TERKAIT :Prabowo Lebih Jago Dari Jokowi, Sekali Gebrak Bawa Rp156,5 Triliun Dari China
Gibran Curhat, Dari Makan Bergizi Gratis Hingga Ekonomi 8 Persen
Dia mengatakan agar masyarakat jangan sampai ditakut-takuti perekonomian Indonesia makin minus di kuartal III.
"Kunci mendorong perekonomian di Kuartal III adalah kompak, kompak bekerja sama semangat inovasi dan jaga optimisme. Jangan sampai ditakut-takuti kalau ada sampai negatif di kuartal III ini," ungkap Luhut, dalam peluncuran program Karya Kreatif Indonesia Bank Indonesia, Minggu (30/8/2020).
Indonesia sendiri sedang berada dalam ancaman resesi ekonomi, apabila di kuartal III pertumbuhan ekonomi kembali minus maka Indonesia resmi resesi.
Resesi sendiri terjadi apabila dua ekonomi sebuah negara minus dua kuartal berturut-turut. Seperti diketahui pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal II sudah minus 5,32%.
Luhut mengklaim kalau dirinya baru saja berkontak dengan World Bank membicarakan soal perekonomian Indonesia. Menurutnya, World Bank menilai semua program penanganan Corona, khususnya dalam pemulihan ekonimi nasional yang dilakukan pemerintah saat ini sudah berada pada jalur yang benar.
"Hasil diskusi kita dengan World Bank mereka apresiasi program kita, sepanjang kita kerja seperti ini, apa yang kita lakukan sudah benar. Langkah sudah benar, disiplin kita benar, tak perlu ada ketakutan berlebihan soal ini," sebut Luhut.
Diketahui, Mahfud MD menilai resesi ekonomi bagi Indonesia sulit terelakkan. Tapi, resesi itu tidak akan membuat Indonesia mengalami krisis ekonomi.
Dia juga meminta agar masyarakat tidak perlu khawatir. Mengingat resesi bukanlah krisis ekonomi.
Sementara Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menjelaskan, resesi memang tidak segawat depresi atau krisis ekonomi. Namun dampaknya juga bisa dirasakan oleh masyarakat.
Secara umum kemampuan daya beli akan terasa menurun. Penyebabnya pemasukan yang lebih rendah. Bagi pelaku usaha pendapatan akan menurun, sementara bagi pekerja kemungkinan besar perusahaannya akan menunda pemberian bonus dan sejenisnya karena melakukan efisiensi.
"Jadi sederhana di kantongnya nilai riilnya berkurang. Tapi yang terburuknya ya bisa ada gelombang PHK massal. Itu yang harus dihindari," terangnya.