RADAR NONSTOP - Masker jenis buff dan scuba dituding tidak aman. Kalau opini ini berkembang maka, masker medis bakal naik lagi.
Diketahui, waktu awal Corona terjadi awal Maret 2020, masker medis menghilang. Harga masker mencapai ratusan ribu bahkan jutaan.
"Ini bahaya juga, bisa naik nih masker medis harganya," keluh Ipin, pengusaha masker scuba saat ditemui wartawan di Jakarta, Selasa (15/9).
BERITA TERKAIT :Rakyat Menderita Saat Corona, Koruptor Malah Beli Pabrik Air Minum Di Bogor
Soal Pelarangan Hijab, Pengamat Dorong RS Medistra Lakukan Gugatan Hukum Jika Tidak Terbukti
Dia mengaku, saat ini kehadiaran masker scuba sudah membuat para penimbun menurunkan harga masker. "Di pasaran saat ini harga masker medis untuk 1 boks Rp 80 ribu. Sebelumnya bisa 500 ribu sampai 1 juta," ungkapnya.
Diketahui, PT KCI sedang melakukan sosialisasi kepada penumpang untuk menghindari pemakaian dua jenis masker yakni scuba dan buff tersebut.
"Kita di medsos baru sosialisasi efektivitas masker saja dan di stasiun kita lakukan sosialisasi itu saja," kata VP Corporate Communications PT KCI, Anne Purba, saat dikonfirmasi, Selasa (15/9/2020).
Sosialisasi agar menghindari penggunaan masker scuba dan buff di KRL ini karena penyebaran droplet masih mungkin terjadi. Anne menyarankan pengguna KRL memakai masker kain berlapis dan masker kesehatan.
"Masker kain 2-3 lapis dan masker kesehatan mengurangi penyebaran droplet yang masih mungkin terjadi," ucap Anne.
Akun media sosial PT KCI, seperti Instagram, melakukan sosialisasi menghindari penggunaan masker scuba dan buff. Dalam penjelasan PT KCI, masker scuba atau buff hanya 5% efektif mencegah risiko terpapar virus.
"Hindari pemakaian masker scuba atau buff yang hanya 5% efektif dalam mencegah risiko terpaparnya akan debu, virus, dan bakteri," tulis Instagram @commuterline.
Sebuah penelitian baru-baru ini di Duke University menemukan bahwa masker buff menawarkan sangat sedikit perlindungan pada paparan virus, dalam hal ini COVID-19.
Dalam studi tersebut peneliti membandingkan 14 jenis masker untuk diuji mana yang paling bisa menahan laju droplet. Saat dites, masker buff yang juga sering dipakai para pengendara motor, memperlihatkan hasil yang cukup buruk jika dibandingkan masker biasa.
"Kami menghubungkan ini dengan...tekstil memecah partikel-partikel besar menjadi banyak partikel kecil," kata Dr. Martin Fischer, ahli kimia, fisikawan dan penulis studi, dikutip dari CNBC International.
"Mereka cenderung bertahan lama di udara, bisa terbawa lebih mudah di udara, jadi ini sebenarnya kontraproduktif untuk memakai masker semacam itu," tambahnya.
Bahkan masker buff disebut menghasilkan lebih banyak droplet dibandingkan jika tidak memakai masker sama sekali karena bahan yang digunakan dapat memecah droplet menjadi partikel yang lebih kecil.
Selain buff, jenis masker yang juga menawarkan lebih sedikit perlindungan adalah masker rajutan dan bandana. Adapun masker yang paling efektif dalam penelitian tersebut adalah masker N95 yang biasa digunakan petugas medis.