RADAR NONSTOP - Pilkada Serentak 2020 yang saat ini sudah memasuki masa kampanye dinilai sebagai kontestasi terburuk dalam sejarah.
“Lebih buruk dari wajah Si Covid dan Si Korona yang berganti nama,” ujar Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (JARI) 98, Willy Prakarsa kepada radarnonstop.co, Kamis (1/10/2020).
Bukan tanpa alasan Willy menyebut Pilkada Serentak 2020 sebagai kontestasi terburuk dalam sejarah.
BERITA TERKAIT :Pramono Jangan Mau Dikibuli, Para Pemburu Jabatan Jago Klaim Dan Pasang Boneka
Fauzi Bowo Beserta Masyarakat Yakin Pramdoel Akan Jadi Pemimpin Jakarta
Dijelaskannya, kontestasi atau upaya memperebutkan suara rakyat, sudah semestinya para calon memanusiakan rakyat yang memberikan dukungan, bukannya memberikan janji - janji palsu, apalagi membodohi.
“Harusnya para calon itu membaca dan memahami arti kata KONTESTASI dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sehingga mereka bisa memanusiakan tim sukses, tim khusus dan pemilih yang akan mencoblosnya,” terang Willy Prakarsa.
Willy juga mengatakan, gerakan JARI 98 yang katanya Sawer Uang adalah bukti konkrit betapa Rakyat Indonesia secara realita dilapangan saat ini sangat memprihatinkan.
“Sudah kondisi pandemi Covid -19, tambah lagi dikelabui oleh para politisi yang menjadikan rakyat sebagai komoditas politik,” beber Willy.
“Bohong besar jika ada partai politik pengusung yang katanya ‘Tanpa Mahar Politik’. Ini Indonesia, bukannya di film - film India yang kerap jadikan Air Mata Rakyat menjadi Mata Air untuk mengais bancakan rizqi yang hasilnya untuk kepentingan kelompok dan pribadi,” imbuh Willy.
Ensensi Gerakan Politik (Gerpol) JARI 98 secara global edukasinya adalah sekedar ingin pertanyakan dan membuktikan, masihkah ada Manusia Pancasila (MAPAN) di Indonesia yang biasanya digembar - gemborkan kata ‘Pancasialisme’ untuk wujudkan sila ke-2: KEMANUSIAN YANG ADIL dan BERADAB serta sila ke-5: KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA?? Sesuai isi dari Cita-cita Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
“Saya secara pribadi memaklumi dan memaafkan buat orang yang laporkan saya ke Bawaslu terkait yang katanya Willy Prakarsa kembali SAWER UANG di Ciater Rawamacek, Serpong, Tangerang Selatan oleh kedangkalan keilmuan yang dimiliki olehnya lantaran tidak memahami secara utuh dan itu bisa menjadi sasaran empuk untuk laporkan balik,” tegas Willy.
“Namun saya demokratis dan saya anggap mereka lagi belajar berdemokrasi. Dan saya tetap acungi jempol dan beri apresiasi. Niat saya dan kawan - kawan JARI 98 cuma ingin ‘Menangkan Rakyat’ di momemtum Pilkada Serentak 2020 sebagai pemilik negeri. Bukan negeri yang dikuasai oleh si Mata Jereng,” tambahnya.
Willy lantas mengingatkan, yang ingin JARI 98 perjuangkan dalam momentum Pilkada Serentak 2020 adalah Rakyat Indonesia sebagi pemenangnya, bukan calon yang diusung oleh parpol.
“Komitmen JARI 98 adalah Jadikan Pilkada Serentak di Seluruh Indonesia sebagai ajang turnamen, bukan ajang perebutan kekuasaan. Musuh kita sesungguhnya saat ini yang harus kita perangi bersama adalah Covid -19. Ikuti protokol kesehatan, menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Kesehatan adalah anugrah terindah dari Allah SWT, karena itu kita wajib menjaga dan mensyukurinya. Sehat selalu buat kalian semua. Salam Tiga Jari,” pungkas Willy.