Selasa,  07 May 2024

Efek Bakpao Setya Novanto, Golkar Tamat di Jakarta dan Banten

NS/RN
Efek Bakpao Setya Novanto, Golkar Tamat di Jakarta dan Banten
Meme Setya Novanto saat insiden tabrakan dan bakpao.

RADAR NONSTOP - Partai Golkar terus merosot. Anjloknya suara beringin ini disebabkan dengan adanya kasus Setya Novanto.

Mantan Ketua DPR itu memengaruhi elektabilitas Golkar. Pernyataan bahwa Novanto mengalami benjol sebesar bakpao dalam drama kasus korupsi e-KTP telah menurunkan wibawa partai berlambang pohon beringin itu mengingat saat kejadian, Novanto masih aktif sebagai Ketum Golkar.

"Golkar terkena 'efek bakpao'. Kasus Setya Novanto yang puncaknya menabrak tiang listrik dan diklaim benjol sebesar bakpau. Kasus tersebut cukup menurunkan wibawa Golkar," kata peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby dalam paparan survei 'Pertarungan Partai Politik di 10 Provinsi Terbesar', Jumat (2/11/2018).

BERITA TERKAIT :
Gemoy Si Tato Burung Garuda Terkapar Diamuk Massa Di Tebet Jaksel, Kepergok Mencuri Motor
Musuh Airin Di Banten Belum Muncul, Gerindra: Tunggu Dulu & Slow Lah

Survei digelar di 10 provinsi terbesar yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Survei digelar sejak tanggal 4-14 Oktober 2018. Survei setiap provinsi menggunakan 600 responden.

Margin of error setiap provinsi sebesar 4,1 %. Total responden yang diambil dari 10 provinsi tersebut adalah 6.000 responden. Survei juga dilengkapi dengan penelitian kualitatif, metodenya analisis media, diskusi kelompok terarah, dan wawancara mendalam. Biaya ditanggung LSI Denny JA sendiri.

Hasilnya, PDIP juara satu atau menang paling banyak, yakni di 5 provinsi (Sumut, Sumsel, Lampung, DKI, Jateng). Gerindra Juara dua dengan memenangi 3 provinsi (Riau, Banten, Jawa Barat). Golkar juara tiga dengan memenangi 1 provinsi saja yakni Sulawesi Selatan.

Golkar tak memenangi elektabilitas di 10 provinsi besar karena dinilai tak punya daya dongkrak seperti PDIP atau Gerindra. Sebagaimana diketahui, PDIP punya Joko Widodo (Jokowi) yang menjadi capres. Partai Gerindra punya Prabowo Subianto yang menjadi capres juga. Namun Golkar tidak punya, kecuali menjadi pendukung Jokowi.

"(Selain kena efek benjol bakpao Novanto) Golkar tidak mempunyai calon presiden atau calon wakil presiden," kata Adjie.

Efek capres menjadi efek utama terhadap elektabilitas parpol karena tak ada efek lain lagi yang dahsyat di Pemilu. Capres adalah jualan utama partai, dan partai juga tak punya jualan program, maka hanya PDIP dan Gerindra-lah yang paling diuntungkan dalam kondisi ini.

"PKB menonjol dan juara Bersama PDIP di provinsi Jawa Timur. Namun di provinsi lain, PKB tidak masuk tiga besar," kata Adjie.