RN - Hoax soal vaksin bertebaran di media sosial. Dampaknya banyak emak-emak yang takut disuntik vaksin.
Salah satu hoax yang bikin resah adalah soal dampak usai divaksin. "Saya baca di medsos katanya bisa bikin mandul," ungkap Nur, emak dua anak yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat kepada wartawan, Rabu (27/1) malam.
Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Mohammad Faqih mengajak kaum ibu atau emak-emak tidak takut disuntik vaksin Covid-19. Dia mengatakan, vaksin Covid-19 sama saja dengan imunisasi pada anak.
BERITA TERKAIT :Rakyat Menderita Saat Corona, Koruptor Malah Beli Pabrik Air Minum Di Bogor
Pastikan Anak-anak Sudah Terimunisasi, Petugas Puskes se- Penjaringan Sweeping Polio
"Ibu-ibu tidak perlu takut. Apalagi, hampir tiap bulan kita mengantar anak kita untuk imunisasi," kata dia saat diskusi virtual yang dipantau di Jakarta, Rabu (27/1).
Perlu diingat, suatu vaksin dibuat dengan tujuan mengatasi penyakit-penyakit berbahaya, termasuk Covid-19. Apalagi, virus Covid-19 telah menyebabkan satu juta orang Indonesia terinfeksi.
"Sudah banyak menimbulkan kematian, hampir 30 ribu di Indonesia dan itu belum satu tahun," ujar Daeng.
Seharusnya, menurut dia, masyarakat berebut atau meminta agar pemerintah segera memberikan vaksin kepada warganya supaya bisa menciptakan kekebalan kelompok. Pada kesempatan itu, Daeng mengaku, juga telah divaksin untuk kedua kalinya dan tidak mengalami gejala yang signifikan.
Terkait penyuntikan vaksin Covid-19 sebanyak dua kali, Daeng menjelaskan, penyuntikan pertama untuk menyiapkan sel tubuh. Penyuntikan kedua untuk menciptakan atau menimbulkan antibodi.
Meskipun demikian, ia memahami kekhawatiran atau ketakutan dari masyarakat awam terkait keamanan vaksin. Hal itu bisa saja karena kurang mendapatkan pengetahuan atau informasi detail terkait vaksin.
Secara pribadi, Daeng yang juga seorang dokter merasa bersyukur diberikan kesempatan vaksinasi di tahap awal. Oleh sebab itu, masyarakat juga harus melakukan hal yang sama dan tidak takut divaksin.
"Makanya jangan percaya hoaks. Sebab, kalau sudah kena Covid-19 bisa bahaya," ujarnya.
Hoax Vaksin
Dari penelusuran radar nonstop, beberapa hoax yang bertebaran yakni soal dijadikan 'kelinci percobaan'. Diketahui, vaksin Sinovac yang pertama adalah tulisan "only for clinical trial" pada kemasan vaksin Sinovac.
Maksud dari tulisan itu disebut-sebut Sinovac akan dijadikan kelinci percobaan sebagai vaksin Corona.
Sekretaris Perusahaan Bio Farma Bambang Heriyanto sebelumnya menjelaskan bahwa informasi tersebut tidak benar. Ia mengatakan bahwa kemasan yang ada label "only for clinical trial" digunakan untuk uji klinis fase 3, bukan untuk vaksin yang akan didistribusikan.
Hoax vaksin Sinovac yang beredar lainnya adalah adanya sel vero dalam vaksin Sinovac yang berasal dari kera hijau Afrika dan tidak teruji kehalalannya. Bambang menyatakan bahwa informasi tersebut juga tidak benar adanya.
"Dapat juga kami sampaikan bahwa vaksin COVID-19 Sinovac tidak mengandung vero cell. Sel vero hanya digunakan untuk pengembangan kultur virus untuk proses perbanyakan virus. Kalau tidak ada media kultur maka virus akan mati dan tidak bisa digunakan untu pembuatan vaksin," ungkapnya.
Lalu, boraks dan formalin disebut menjadi kandungan dalam vaksin tersebut. Informasi tersebut dipastikan masuk ke dalam daftar hoax vaksin Sinovac.
"Vaksin COVID-19 Sinovac diproduksi tidak menggunakan pengawet dan tidak mengandung bahan lain seperti boraks, formalin, ataupun merkuri," ujarnya dalam konferensi pers daring, Minggu (3/1/2021).
Dalam proses produksinya, vaksin Sinovac menggunakan metode inactivated untuk mematikan virus sehingga vaksin tersebut tidak mengandung virus hidup atau yang dilemahkan.