RN - Komisi VI DPR RI sudah memanggil Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk Dana Amin. Komisi VI memanggil Dana Amin untuk rapat dengar pendapat (RDP) membahas kinerja Aneka Tambang atau Antam.
Dalam rapat, Antam dicap berkinerja buruk. Kenapa?
Proyek pembangunan pabrik feronikel PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur dianggap kekonyolan luar biasa. Soalnya, sudah hanpir 3 tahun lebih belum mendapatkan pasokan listrik.
BERITA TERKAIT :DPRD Tangsel Tancap Gas, Kebut 12 Raperda Di 2025
PPP DKI Aja Ambruk, RIDO Bisa Kena Prank Sandiaga Uno?
Cibiran itu dikatakan anggota Komisi VI DPR Fraksi PDI Perjuangan Sondang Tiar Debora Tampubolon saat rapat dengar pendapat antara Komisi VI dengan Direktur Utama Antam Dana Amin, Kamis (2/12/2021).
"Terkait mengenai smelter nikel yang tadi katanya tidak berjalan karena alasan listrik. Saya mau bertanya pada saat melakukan perencanaan saya rasa, mohon maaf, ini sangat konyol sekali," katanya dilansir dari detik.com
Debora melanjutkan, sebagai orang teknik, apalagi dalam rangka pembentukan industri, sumber daya (resources), sumber daya manusia, energi hingga teknologi harusnya sudah dipersiapkan.
"Kalau nggak ada salah satunya ya kan nggak mungkin jalan proyek itu. Saya mau bertanya kenapa, apakah tidak ada power, kalau memang tidak bisa disuplai oleh PLN feasibility study seperti apa sih, di sana apakah ada sumber-sumber energi yang lain PLTA atau sebagainya," ujarnya dengan nada kesal.
Hal senada juga diungkap Anggota Komisi VI Fraksi PAN Abdul Hakim Bafagih. Ia heran persoalan listrik ini tak selesai-selesai.
"Konyol juga 3 tahun masalah listrik tidak selesai. Target 2019 sampai sekarang belum selesai," ujarnya.
Celah Masuk KPK
Ketua Forum Politik Indonesia sekaligus Komunikolog Nasional Tamil Selvan meminta agar Antam segera membenahi benang kusut di internal. Tamil melempar solusi agar ada kocok ulang jajaran direksi Antam.
Bahkan, kata Tamil, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bisa masuk untuk melakukan audit keuangan dan dugaan korupsi di perusahaan plat merah tersebut.
Tamil menuding jajaran direksi Antam tersebut kerap bermasalah, mulai dari pengalihan ijin usaha tambang di Kabupaten Sarolangun, hingga yang terkini dugaan penyelundupan emas hingga 41,7 triliun rupiah.
"Antam ini selalu bermasalah, posisinya selalu memperburuk wajah pemerintah. Jadi, copot semua direksi dan komisarisnya, lalu dilalukan pemeriksaan melekat. Publik harus kawal ini," ungkap Kang Tamil, sapaan akrabnya, kepada awak media, Kamis (2/12).
Kang Tamil mengatakan bahwa pengawasan negara pada bidang pertambangan ini terlalu longgar, sehingga banyak pihak yang bebas bermain dan menurutnya peluang permainan ini dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang menjabat di perusahaan ber-plat merah seperti Antam.
"Memang permainan tambang ini masuk dalam konteks ekstraordinary, namun minim pengawasan. Apalagi Antam membidangi sektor tersebut, jadi peluang bermain nya sangat tinggi," ungkapnya.
Lebih lanjut Kang Tamil meyakini bahwa banyak pihak yang mem-backup sehingga pimpinan Antam sering berani bermain dan setiap kasus nya terkesan tidak pernah tuntas.
"Itu Bupati Sarolangun Cek Endra kenapa tidak diperiksa hubungannya dengan dirut Antam yang ditahan, padahal kasus pengalihan IUP itu sangat kental perannya. Jadi memang seperti ada back up kuat dibelakang ini semua," tandasnya.
Sebelumnya Kejaksaan Agung telah memeriksa tiga petinggi PT Aneka Tambang (Antam) dalam dugaan kasus penyelundupan impor emas senilai Rp41,7 triliun, Kamis, 5 Agustus 2021. Pemeriksaan masih dalam tahap penyelidikan.
Kejagung memeriksa mereka dalam kasus penyelundupan dari Singapura ke Indonesia yang terjadi di Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta. Ketiga petinggi Antam yang diperiksa bernisial ANI, Direktur Niaga PT Antam periode 2019 dan MAA, Executive Director Precious Metal PT Antam, serta INM, Staf Keuangan Corporate Finance dan Treasury Division PT Antam.
Anggota Komisi VI DPR RI Hendrik Lewerissa membayangkan keberadaan perusahaan Antam bisa memberikan kontribusi besar bagi negara. Namun besarnya harapan yang ditujukan Antam tidak berbanding lurus dengan kenyataan yang ada.
Perusahaan yang saat ini dipimpin Direktur Utama Dana Amin, Direktur Operasi dan Transformasi Bisnis Risono, Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko Anton Herdianto, Direktur Sumberdaya Manusia Luki Setiawan Suardi, dalam kenyataannya tidak memberikan kontribusi yang besar bagi Negara.
"Imajinasi saya sebenarnya Antam menjadi kontributor terbesar bagi Republik ini, tapi kalau kita lihat data-data yang masuk, kan cuma 1,6 (Triliun) kontribusinya. Itu juga telah menghitung PNBP dan sebagainya, untungnya enggak seberapa besar," tegas Hendrik dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR dengan Direktur Utama PT Antam di Ruang Rapat Komisi VI DPR RI, Senayan, Kamis 2 Desember 2021.
Anggota Fraksi Gerindra itu mengungkapkan, hingga saat ini dirinya tidak mengetahui apa yang menjadi kendala fundamental Antam sehingga tidak maksimal dalam memberikan kontribusi bagi Negara. Padahal diawal pemaparannya disampaikan bahwa tingkat produksi dan penjualan emas, feronikel, bauksit hingga nikel mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2021 dibandingkan tahun 2020. Nyatanya, diujung-ujung dinyatakan kontribusinya hanya kecil.
Ia lantas mempertanyakan data produksi dan penjualan emas, feronikel, bauksit hingga nikel tahun 2018 dan 2019. Komisi VI hanya mendapatkan pemaparan produksi dan penjualan sepanjang tahun 2021 dan membandingkannya dengan tahun 2020.
"Secara statistik jelas antara produksi dan penjualan, peningkatannya signifikan sekali (2021). Tapi tahun 2018, 2019 itu kan cukup lumayan produksi dan penjualannya. Itu saya tidak dapat data perbandingan disini," ucap Hendrik.
Klaim Laba
Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk Dana Amin dalam kesempatan itu menyampaikan, hingga triwulan ketiga di tahun 2021 Antam mencatatkan laba yang tinggi.
Antam membukukan laba sebesar Rp 1,71 triliun atau melonjak sebesar 104,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 2020 yaitu sebesar Rp 835,78 Miliar. Besaran laba itu sejalan dengan meroketnya penjualan emas pada periode sembilan bulan terakhir.
"Antam mencatat penjualan Rp 26,47 triliun, nilainya meningkat 46,79 persen dibandingkan kinerja penjualan pada periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 18,03 triliun," kata Dana Amin dalam laporan sebagaimana disampaikan Wakil Ketua Komisi VI Gde Sumarjaya Linggih.
Diungkapkan pula bahwa komoditas emas menjadi penunjang utama bisnis Antam. Tercatat penjualan produk emas mencapai Rp 17,67 triliun hingga September 2021.
Nilai tersebut meningkat jauh dibandingkan 12,98 triliun pada september 2020. Meski total penjualan meningkat, namun beban pokok penjualan juga mengalami peningkatan sehingga menggerus profit perusahaan.
"Jumlah beban usaha meningkat pada sembilan bulan pertama 2021. Beban pokok penjualan Rp 21,33 triliun atau meningkat 41,02 persen dari 15,13 triliun. Sementara beban usaha yang ditanggung antam naik 90,51 persen dari Rp 1,46 triliun," ucapnya.
Secara umum, lanjut Dana Amin, kinerja perusahaan Antam yang baik berdampak pada harga saham di pasar modal. Pada awal tahun diakui sempat diterpa isu negatif sehingga harga saham Antam kurang baik di awal tahun, namun berangsur-angsur membaik pada pertengahan hingga akhir tahun 2021.