RN - Belakangan ini suhu politik di Indonesia kian memanas, terlebih dengan munculnya isu big data dan perpanjangan masa jabatan Presiden Jokowi. Situasi ini cukup menyedot perhatian dari berbagai elemen masyarakat di tanah air, tak terkecuali para aktivis 98.
Dalam suasana bulan suci Ramadan 1443 Hijriyah, para aktivis berkumpul untuk bersilaturahmi dengan menggelar dialog dan mimbar bebas di Kopi Politik, bilangan Pakubuwono, Jakarta Selatan, Jumat (22/4/20220.
Tampak hadir beberapa tokoh pergerakan seperti anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu, Syahganda Nainggolan, Ray Rangkuti, Faizal Assegaf, Arif Poyuono, mantan Ketua ProDem Iwan Sumule, mantan Sekjen ProDem Satyo Purwanto, Ketua Jokowi Mania (Joman) Immanuel Ebenezer, mantan politisi Partai Gerindra Arief Poyuono serta Ketua Umum KNPI Haris Pratama.
Syahganda dalam dialog bertajuk 'Bergerak Bersama Membangun Negeri' itu menekankan pentingnya pertemuan ini dan harus menjadi stimulus ke depan. Sebab, menurut dia, sejumlah tokoh aktivis 98 sudah menguasai ruang-ruang publik.
Pilkada Banten Dirusak Dengan Politisasi Hukum, Aktivis 98: Kita Tau Siapa Pemainnya
Visi Misi Airin Lebih Klop Ke Prabowo, Sony Asal Jeplak Dan Gak Paham Banten?
Para aktivis yang hadir dalam pertemuan kali ini, lanjut Syahganda, dulu turut andil memperjuangkan reformasi, Sehingga, spirit perjuangan itu tetap harus diwujudkan.
"Cerita teman-teman 98 di sini bagaimana kita kembali perjuangkan bersama-sama supaya kita ini betul-betul Indonesia tanpa Orba,” kata Syahganda di lokasi.
Syahganda kemudian mengingatkan kembali pernyataan Mahfud MD sebelum menjabat Menko Polhukam, bahwa Indonesia tidak memiliki kejelasan hingga 2024 mendatang. “Ada dua hal, satu polarisasi politik dan korupsi merajalela,” sebutnya.
Sementara itu, Masinton berpandangan, dalam konteks bergerak bersama, kawan-kawan aktivis harus mampu mengidentifikasi konteks persoalannya. Menurut dia, saat ini perjuangannya melawan oligarki yang menguasai kekuasaan.
“Ini yang menurut saya yang harus kita urai sebagai satu ganjalan proses kita, baik itu melaksanakan proses demokrasi yang substantif maupun dalam proses memperjuangkan keadilan,” lantang Masinton.
Di ujung pertemuan, para aktivis 98 ini satu suara menolak oligarki kekuasaan.