RN - Islamofobia di India kembali mencuat karena baru-baru ini Nupur Sharma, juru bicara Bharatiya Janata (BJP), partai yang dipimpin Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa sejak 2014, menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW di sebuah acara debat televisi.
Bahkan sebelumnya, Kepala Operasi Media BJP Delhi, Naveen Kumar Jindal juga mengunggah sesuatu mengenai Nabi Muhammad SAW melalui akun media sosialnya.
Berkaca dari peristiwa memalukan yang terjadi di India, anggota Komisi I DPR, Sukamta mencermati sekarang ini nampaknya di beberapa belahan dunia muncul gejala menggunakan Islamphobia sebagai komoditas politik menjelang pemilu.
BERITA TERKAIT :Kurang 160 Ribu Dokter Spesialis, Prabowo Minta India Bantu Indonesia
Pengamat: Orang Lama Jangan Ikut Seleksi, DPRD Harus Audit Anggaran KPID Jakarta
"Ini akan menjadi permainan politik yang berbahaya karena Islam bukan hanya dianut oleh 100 juta lebih penduduk India, tetapi menjadi agama yang dianut oleh penduduk dengan jumlah nomor dua di dunia," kata Sukamta.
Kalau politisasi agama berupa Islamphobia itu diteruskan, ia khawatir akan membuat dunia tidak semakin nyaman dan aman sebagaimana dicita-citakan hampir semua bangsa. "Jadi ini perlu diakhiri segera dan semuanya," tegasnya.
Diperparah lagi semakin menguatnya orang dengan perilaku kebebasan yang tidak dibatasi HAM. "Padahal, tidak ada dalam kehidupan manusia beradab paham yang demikian, kecuali hanya akan membuat kerusakan dan perkelahian," jelas legislator dari Fraksi PKS ini.
Sukamta prihatin kekuatan umat Islam dunia semakin tidak dianggap dan ditakuti lagi. Kondisi ini justru menurutnya, imbas kebijakan-kebijakan negara Islam dan mayoritas muslim yang tidak membela kepentingan umatnya.
"Misal perlindungan Palestina dan Al Aqsa, pembiaran tanpa sanksi kepda negara dan oknum yang menghina Islam, khususnya di Eropa dan India," paparnya.