RN - Dua pekan jelang Idul Adha merupakan masa-masa krusial bagi peternak untuk menambah stok hewan ternak di kandangnya.
Permintaan biasanya tinggi, karena waktu Hari Raya Qurban semakin dekat. Panitia-panitia hewan kurban di mesjid-mesjid semakin sibuk mencari hewan kurban baik kambing maupun sapi ke segala penjuru.
Meski saat ini Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) melanda hewan ternak, permintaan hewan kurban terutama kambing dan sapi untuk Hari Raya Idul Adha diyakini masih tinggi.
BERITA TERKAIT :Nama Dicatut, Gerbang Betawi Tegaskan Netral Di Pilkada Jakarta
Milad Ke 24 Tahun Perkampungan Budaya Betawi (PBB). Ikut Tren Jadi Tempat Studi, Memodifikasi Elemen Betawi
Abdul Latif, pemilik Kandang Sapi Betawi Muda di Jakarta Selatan, meminta pemerintah terus memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak panik terhadap penyakit PMK saat ini.
"Kementerian Pertanian RI kan sudah menyampaikan bahwa PMK tidak berbahaya dan tidak menakutkan sama sekali," kata alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) di Petukangan Utara, saat menerima kedatangan Forum Jurnalis Betawi (FJB), baru-baru ini.
Pria yang aktif di beberapa ormas Kebetawian seperti Permata MHT Jakarta Barat dan Asosiasi Pengusaha Betawi (Apebe) mengungkapkan, seluruh hewan ternak yang dijualnya punya surat kesehatan dari dinas terkait Provinsi DKI Jakarta. Seperti surat kesehatan sapi, supaya konsumen merasa aman dan nyaman karena hewan yang dibelinya bebas dari penyakit, seperti PMK.
“Kami menyediakan suratnya, karena konsumen cemas. Tapi di sini semua sapi sudah mengantongi surat kesehatan dari dinas terkait," tegas pria yang biasa disapa Bang Latif ini ramah.
Kepada jajaran pengurus Forum Jurnalis Betawi, Bang Latif yang juga PNS di Kemenpora RI ini mengaku memulai usaha ternak ini bersama abangnya pada 2016. Kini jumlah hewan ternak potongnya sekitar 200 ekor terdiri atas kambing, sapi, dan kerbau. Tapi sesuai namanya, Kandang Sapi Betawi Muda memang lebih banyak menjual sapi limosin dengan berat di atas 280 kg hingga 1 ton (1.000 kg).
Kandang Sapi Betawi Muda dibangun di tanah milik sendiri di tengah kota Jakarta. Kandangnya berada di ujung sebuah jalan buntu dalam kawasan perumahan di Petukangan Utara.
Menariknya, meski di tengah kota, kandangnya yang asri dikelilingi pohon bambu, bersih, dan tidak bau menyengat seperti kandang sapi pada umumnya.
“Kuncinya pada tata kelola kebersihan kandang hingga kebersihan hewan. Semua ternak kami mandikan dua kali sehari. Kemudian pakannya harus berkualitas termasuk suplemen dan vitamin,” ungkap Bang Latif membuka bumbu rahasianya.
Menariknya lagi, Kandang Sapi Betawi Muda masih menjual kerbau, yang jarang dijual pedagang hewan potong di Jakarta ini.
Soal kerbau ini, Abdul Latif punya alasan tersendiri sebagai anak Betawi asli. Sebab beberapa kampung Betawi seperti di Kebun Jeruk, Jakarta Barat, banyak yang memilih kerbau untuk hewan kurban atau dikonsumsi saat Lebaran.
“Salah satu tradisi masyarakat Betawi adalah masak semur daging kerbau untuk hari raya. Jadi saya menyediakan kerbau supaya tradisi ini tetap lestari di Jakarta,” jelas Bang Latif tersenyum.
Soal pakan ternak seperti rumput, Latif mengaku tidak kesulitan mendapatkan rumput segar untuk ternaknya. Saat ini, karena masih musim hujan, rumput segar mudah didapatkan di sekitar kandangnya, seperti di Kebun Jeruk dan sekitarnya. Tapi bila agak sulit, Bang Latif dan anak buahnya mesti mencari rumput hingga ke Bintaro atau Serpong, Tangerang.