RN - Partai Demokrat sebaiknya tidak memaksakan untuk mendorong AHY sebagai Capres. Sebab putra SBY itu hanya memiliki modal 2,2 persen.
Dengan modal di bawah 5,5 persen, peluang calon untuk menang di 2024 sangat berat. Saat ini NasDem menegaskan belum menyepakati koalisi dengan Partai Demokrat (PD) karena urusan calon wakil presiden (cawapres) atas nama Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY.
Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali menyebut mereka tidak bisa menanggapi usulan Demokrat soal AHY jadi duetnya Anies Baswedan. Ali menegaskan NasDem dan Demokrat belum ada ikatan koalisi.
BERITA TERKAIT :Ongen Sangaji Bantah Partai Nasdem Tidak Maksimal Dukung RIDO
Nggak Mau Kalah Dari Gen Z, Emak-emak Kader dan PKK Penjaringan Ikut Pelatihan Komputer
"Nanti (siapapun yang berkoalisi) akan ada kesamaan dalam memilih capres, tapi apakah kemudaian kalau ditanya apa yang diusulkan Demokrat (duet Anies-AHY) ya kami tidak bisa menanggapi itu, kami tidak punya ikatan kerja sama apa-apa dengan Demokrat, paling tidak sampai hari ini untuk mendiskusikan atau menyetujui apa yang menjadi usulan Demokrat. NasDem itu berpandangan partai sebagai wadah untuk mengatur sirkulasi kekuasaan," kata Ali saat dihubungi pada Kamis (29/9) malam.
Ali menilai tidak semua kader partai politik (parpol) memiliki karakter yang lebih baik ketimbang tokoh nonparpol. Ali menegaskan, NasDem akan berkoalisi dengan partai yang memiliki kesamaan pandangan.
"Kalau NasDem berpandangan tidak semua kader partai politik itu lebih baik dari kader-kader profesional maupun non partai. Kami ingin berkoalisi dengan partai yang memiliki pandangan yang sama," imbuhnya.
Ali tidak menyebutkan alasan belum deal dengan Demokrat karena urusan elektalibilats AHY jelang 2024. Akan tetapi, AHY memang menjadi salah satu tokoh dari partai politik yang punya modal elektabilitas dan perahu politik untuk berlaga di 2024, meski harus berkoalisi. Begini elektabilitas AHY di sejumlah survei:
Pada minggu lalu, lembaga survei Charta Politika merilis survei elektabilitas bakal cawapres 2024. Hasilnya nama Sandiaga Uno dan Ridwan Kamil terkuat di antara nama potensial lainnya, sementara nama AHY di urutan ketiga.
Dalam rilisnya yang digelar secara daring, Kamis (22/9), survei Charta Politika dilakukan melalui wawancara tatap muka atau face to face interview dengan metode sampling multistage random sampling.
Survei dilakukan pada 6-13 September 2022 dengan jumlah sampel sebanyak 1.220 dengan margin of error 2,82%. Kriteria responden berusia minimal 17 tahun atau sudah memenuhi syarat pemilih.
Responden diberikan pertanyaan: Jika pemilihan presiden-wakil presiden diadakan sekarang, siapa yang akan Bapak/Ibu/Saudara pilih sebagai Wakil Presiden di antara nama-nama berikut ini?
Sandiaga Uno 22,3%
Ridwan Kamil 20,8%
Agus Harimurti Yudhoyono 7,2%
Erick Thohir 6,1%
Basuki Tjahja Purnama (Ahok) 4,3%
Khofifah I Parawansa 4,1%
Andika Perkasa 3,7%
Puan Maharani 3,2%
Mahfud Md 2,1%
Muhaimin Iskandar 2,0%
Airlangga Hartarto 1,8%
Susi Pudjiastuti 1,7%
Tri Rismaharini 1,1%
M Anis Matta 0,9%
Gatot Nurmantyo 0,8%
Sri Mulyani 0,7%
Nadiem A Makarim 0,6%
Moeldoko 0,2%
Tito Karnavian 0,2%
Luhut Binsar Pandjaitan 0,2%
Budi Gunawan 0,2%
Bima Arya Sugiarto 0,2%
Zulkifli Hasan 0,1%
TT/TJ 15,5%
Sementara untuk elektabilitas capres 2024, nama Ganjar Pranowo masih unggul. Disusul nama Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Berikut hasilnya:
Ganjar Pranowo 31,1%
Prabowo Subianto 24,4%
Anies Baswedan 20,6%
Ridwan Kamil 7,2%
Sandiaga Uno 2,5%
Puan Maharani 2,4%
Agus Harimurti Yudhyono 2,2%
Airlangga Hartarto 1,7%
Erick Thohir 1,6%
Khofifah I Parawansa 1,1%
TT/TJ 4.9%