RN - Masih ada waktu setahun ke depan bagi parpol peserta Pemilu 2024 menentukan capres dan cawapresnya. Namun, hal ini tidak berlaku untuk Partai Gerindra dan Partai NasDem.
Tiga parpol ini sudah mantap mendeklasikan capresnya lebih awal. Prabowo Subianto resmi diusung partainya, Gerindra pada 12 Agustus lalu. Disusul awal Oktober ini, Partai Gerindra mengumumkan nama Anies Baswedan sebagai capres. Bahkan, PSI menduetkan Ganjar Prabowo dengan Yenny Wahid.
KPU menjadwalkan pendaftaran capres dan cawapres dibuka pada 19 Oktober hingga 25 November 2023.
BERITA TERKAIT :Jatuh Bangun Ariza Bisa Jadi Cermin Politisi Lokal Jakarta Yang Mau Melenting Ke Atas
Ariza Memang Hoki, Dapat Hadiah Jabatan Wakil Menteri
Analis politik, Arifki Chaniago menilai Gerindra dan NasDem lebih realistis melihat Pilpres 2024 sebagai kepentingan publik. Meskipun kedua partai ini masih harus berkoalisi dengan partai lain untuk memenuhi persyaratan presidential threshold 20 persen.
"Gerindra dan NasDem itu lebih berani karena siap jika gagasan dan program capres yang diusung dikuliti oleh publik lebih awal," ujar Direktur Eksekutif Aljabar Strategic ini, Senin (10/10/2022).
Saat partai lain masih malu-malu kucing mengumumkan nama capresnya, menurut dia, Gerindra dan NasDem terlihat lebih maju karena mempercepat lobi-lobi elite dalam menentukan capres. Tentunya juga fokus kepada upaya capres memperkenalkan diri kepada masyarakat.
Sebaliknya, Arifki meyakini banyak hal baik jika capres dan cawapres diumumkan lebih cepat kepada masyarakat.
Pertama, capres dan cawapres itu akan dipilih oleh masyarakat pada Pilpres 2024, sehingga memberikan kesempatan untuk mengulas gagasan, program, dan prestasinya.
"Kedua, sudah saatnya publik fokus pada kinerja capres dan apa kira-kira yang bisa dilakukannya jika terpilih sebagai presiden, daripada fokus membentuk polarisasi di ruang publik dengan mempopulerkan istilah kampret dan kadrun," paparnya.
Ketiga, Rifki mengingatkan Pemilu 2024 nanti semuanya dari nol dan dilakukan secara serentak. "Jika partai politik ingin mendapatkan efek ekor jas dengan mengusung capres dan cawapres lebih awal itu logis karena targetnya ingin mendorong populeritas capres agar berdampak kepada suara partai," jelasnya.
Hemat dia, PDI Perjuangan dan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) juga mengikuti langkah Gerindra dan Nasdem dengan memperkenalkan capresnya lebih awal. Sebab, ia melihat perhatian publik kini berubah setelah Prabowo diusung oleh Gerindra dan Anies diusung oleh NasDem sebagai capres.
Ia khawatir jika terlalu lama mengumumkan capres, potensi yang bisa diambil oleh partai atau koalisi lain untuk ikut Pilpres 2024 menyerah dengan menawarkan diri sebagai cawapres Prabowo atau Anies. Dan paling menyakitkannya hanya sebagai partai pengusung saja jika terbentuk dua pasang calon.
“Figur-figur lain nggak menarik lagi untuk dibahas, jika masih belum berani mendeklarasikan diri sebagai capres. Perhatian publik ya sama Prabowo dan Anies saja. Karena lebih realistis dan berani mengikusertakan publik lebih awal daripada berlama-lama ngopi ke sana-ke mari tetapi masih takut dikuliti oleh publik,” tutup Arifki.