RN - Penutupan jalan H Usman menyebabkan pengunjung Pasar Ciputat sepi. Imbasnya dagangan mereka kurang laku dan merugi. Bahkan terancam gulung tikar.
Para pedagang pun mendesak akses jalan H Usman (terowongan) kembali dibuka. Mereka menggelar aksi demo pada Kamis (20/10/2022) lalu, membongkar paksa seng-seng penutup jalan namun di sayangkan tak membuahkan hasil.
Salah satu pedagang yang enggan menyebut namanya menjelaskan, bahwa aksi pedagang membongkar seng seng pembatas jalan menuju terowongan dari jalan H Usman ke arah jalan Arya Putra bukan aksi spontan.
BERITA TERKAIT :Ancol Tata Pedagang Asongan Di Kawasan Pantai untuk Naik Kelas
Daya Beli Anjlok, Sales Mobil: Omzet & Target Amburadul
“Ya tapi ini perlu jalan, ya jadi kurang aksesnya jadi tetep sepi ini kan tujuannya biar rame pengunjung kalo jalan ditutup gimana orang masuknya? Pedagang hanya butuh jalan saja,” katanya.
Sementara, Candra Kepala UPT pasar menegaskan ada kesepakatan untuk membuka kembali jalan (terowongan) namun masih menunggu dari Dinas perhubungan.
“Sebenarnya juga kita tidak ingin berlama lama untuk membuka akses jalan itu menuju ke Jalan Aria Putra, apalagi sekarang banyak pengguna jalan melawan arah tentunya sangat membahayakan pada pengguna jalan itu sendiri,” tegas Candra.
Terpisah, Robin Tarigan salah satu pedagang los atau lapak kepada wartawan menjelaskan, bahwa ia berdagang di pasar Ciputat sejak tahun 1997 sampai tahun 2022, dan baru di tahun ini pemasukan berdagang hanya memperoleh 100 rupiah perhari.
“Pada tahun 2019 ada relokasi kemudian kami ke plaza Ciputat, di plaza itu hampir 1 tahun 8 bulan, dan dulunya dijanjikan kepada tempat semula tetapi kenyataanya nol tidak sesuai apa yang direncanakan lalu dipindahin kesini kami cuma dapat 1 meter satu nomor, layak gak tu jualan kaya gitu, sebelumnya lapak luasnya 2 x 8 meyer,” beber R Tarigan, Minggu (23/1/2022).
Masih kata Tarigan, saat diundi juga seperti formalitas, kalau di undi yang dilapak. Dulu amplopnya dua tidak sama semua.
“Disitu saya curiga saat pengocokan kios satu, kan saya atas nama anak dan dulu lapak saya dibawah tapi pas di undi ditaruh dilantai dua ada suratnya, saya kan bingung kok saya dilempar ke atas sedangkan saya tukang bumbu, kata panitia waktu itu kan tukang bumbu tidak boleh, buktinya ada,” terangnya.
“Disini juga kami masuk awal puasa sampai sekarang tapi kan pelaksanaan dilapangan akses masuk (terowongan pasar Ciputat) saja masih di tutup, dan itu yang kami tanda tanganin kemaren biar bisa dibuka,” kata Tarigan.
Selama akses masuk ditutup pengunjung pasar yang hendak berbelanja membeli bumbu bumbu dan lauk pauk di basement menurun.
“Mana tau kalau dibuka bisa saja satu atau dua orang mampir, kalo kaya gini pendapatan kami cuma 100 ribu per hari,” ucapnya.
Dirinya berharap kepada Walikota dan wakil walikota segera menndaklanjuti permasalahan nasib pedagang pasar Ciputat.
“Intinya ada solusi dan bagaimana jalan terbaik agar masyarakat dan khususnya pedagang juga bisa lebih maju, nyaman dan lebih baik pengelolaannya,” tandas Tarigan
Dikatakan Tarigan, ada pelanggaran paksa dalam penutupan akses jalan via terowongan ini yang ditutup sejak April tahun 2021.
“Jika dibuka terowongannya supaya para pengunjung leluasa pada lewat karena selama bulan April ditutup terus, jalan menuju los lapak tidak terlihat,” ungkapnya.
“Kami sekali lagi berharap pembongkaran ini dapat dilakukan pemerintah Kota Tangerang Selatan, biar lebih bagus dan penataannya pun rapih semua,” sambung Tarigan.
Dan berdasarkan keterangan Tarigan, para pedagang yang berada di basement sudah berkomunikasi dan melakukan penandatangan bersama untuk meminta pemerintah membongkar seng seng pembatas jalan menuju terowongan.
“Tapi gagal dibongkar, faktanya memang selama ini janji janji mulu padahal kenyataannya nol. Katanya mau di bongkar tapi gak ada sama sekali, ” tukasnya.