RN - Kondisi ekonomi menjadi penentu siapa yang bakal menggantikan Jokowi. Jika kondisi ekonomi buruk maka bisa mempertebal suara Anies Baswedan.
Sebaliknya jika ekonomi membaik maka bakal memperbanyak dukungan untuk Ganjar Pranowo. Analisa ini diucapkan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).
SMRC memaparkan hasil survei temuan terkait persepsi atas ekonomi memiliki pengaruh dalam pemilihan presiden. Persepsi ekonomi yang digambarkan buruk saat ini, menjadi suara bagi pemilih Anies yang inginkan perubahan dari pemerintahan Jokowi.
BERITA TERKAIT :Prabowo Lebih Jago Dari Jokowi, Sekali Gebrak Bawa Rp156,5 Triliun Dari China
Gibran Curhat, Dari Makan Bergizi Gratis Hingga Ekonomi 8 Persen
Pendiri SMRC yang juga Analis Politik Saiful Mujani menjelaskan, secara teoritis kelompok yang memberi penilaian positif pada kondisi ekonomi saat ini biasanya ingin mempertahankan yang sedang berkuasa. Sebaliknya, yang menilai kondisi ekonomi sekarang lebih buruk dibanding sebelumnya cenderung ingin melakukan perubahan.
Data survei SMRC dua tahun terakhir (2021-2022) menunjukkan ada 36,6 persen publik yang menyatakan kondisi ekonomi sekarang lebih buruk atau jauh lebih buruk dibanding tahun sebelumnya. Yang menyatakan lebih baik atau jauh lebih baik sebanyak 32,7 persen. Sementara yang menyatakan tidak ada perubahan sebanyak 26,7 persen.
"Persepsi ekonomi yang buruk memperkuat dukungan pada Anies Baswedan dan memperlemah suara pada Ganjar Pranowo. Sebaliknya, ekonomi yang membaik akan memperkuat suara Ganjar dan memperlemah Anies," kata Saiful Mujani, Kamis (3/11/2022).
Dari yang menyatakan kondisi ekonomi lebih buruk atau jauh lebih buruk, terdapat 27 persen yang memilih Anies Baswedan. Sementara dari kalangan yang menilai kondisi ekonomi baik atau lebih baik, keterpilihan Anies sebanyak 21 persen.
Saiful menjelaskan, perbedaan yang signifikan ini menunjukkan ada kecenderungan mereka yang ingin perubahan dan tidak menginginkan yang sekarang memerintah berkuasa kembali lebih condong pada Anies Baswedan.
Ada 27 persen yang menilai kondisi sekarang lebih buruk atau jauh lebih buruk yang memilih Ganjar. Sementara yang memilih Ganjar dari kalangan yang menilai kondisi ekonomi sekarang lebih baik atau jauh lebih baik sebanyak 33 persen. Yang menilai ekonomi tidak ada perubahan dan memilih Ganjar sebesar 26 persen.
Berbeda dengan Anies, kata Saiful, Ganjar lebih cenderung dianggap sebagai kelanjutan dari Jokowi. “Pilihan pada Ganjar adalah refleksi positif pada kondisi ekonomi sekarang,” terang pendiri SMRC tersebut.
Sementara evaluasi ekonomi pada elektabilitas Prabowo tidak berpengaruh. Yang menyatakan ekonomi buruk atau jauh lebih buruk dan memilih Prabowo 33 persen, ekonomi baik atau jauh lebih baik 32 persen, tidak ada perubahan 33 persen.
“Karena itu, efek dari evaluasi ekonomi ini adalah pertarungan antara Anies dengan Ganjar jika keduanya maju sebagai calon presiden,” kata Saiful.
Studi ini menemukan evaluasi atas kondisi ekonomi cenderung negatif pada Anies. Artinya, yang menyatakan kondisi ekonomi baik cenderung akan menyerang Anies. Sebaliknya, yang menyatakan kondisi ekonomi baik akan memperkuat Ganjar.
Ke depan, kata Saiful, kalau kondisi ekonomi kita semakin buruk, itu akan menguntungkan Anies dan akan menggerus pemilih Ganjar. Sebaliknya, semakin ekonomi membaik atau persepsi masyarakat tentang ekonomi semakin baik, maka Ganjar akan semakin kuat dan Anies akan menjadi semakin lemah.
Saiful melanjutkan, bahwa setelah dikontrol dengan pendidikan, ideologi, dan agama, faktor evaluasi atas ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan pada pemilih Ganjar dan Anies. Namun hal yang sama tidak terjadi pada pemilih Prabowo.
“Ekonomi buruk atau baik, tidak berpengaruh pada pemilih Prabowo,” jelasnya.