RN - Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan kasus diabetes tertinggi di dunia.
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021 bahwa ada sekitar 19,5 juta orang Indonesia berusia 20-79 tahun yang mengidap diabetes di Indonesia. Ini adalah sebuah peringatan bagi kita untuk bekerja keras menurunkan prevalensi diabetes ini.
Tingginya kasus diabetes tidak lepas dari kebiasaan mengonsumsi gula yang terus meningkat khususnya pada kalangan muda. Hal ini disampaikan oleh Senior Manager Medical Underwriter Sequis, dokter Fridolin Seto Pandu yang mengatakan bahwa prevalensi diabetes akan sulit ditekan jika masyarakat masih terus terbiasa mengonsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat.
BERITA TERKAIT :Iuran BPJS Naik 2025, Menkes Ogah Bikin Gaduh
19,9 Ribu Ibu Hamil Kurang Energi, Sri Mulyani Sebut Anggaran Kesehatan Rp187,5 T
Menurut dia, kebiasaan minum dan makanan manis dalam jumlah banyak dan rutin dapat membuat tubuh mengalami resistensi insulin, yakni sel-sel tubuh tidak mampu menggunakan gula yang masuk ke dalam tubuh karena terjadi gangguan respon insulin atau dikenal dengan prediabetes.
Padahal, insulin berguna untuk membantu proses metabolisme gula darah.
"Jika tidak segera diobati maka dalam jangka panjang bisa menyebabkan penyakit diabetes dan penyakit komplikasi lainnya, seperti stroke, hipertensi, jantung koroner, dan disfungsi ereksi karena diabetes adalah 'induk' dari segala penyakit degeneratif,” terang Fridolin.
Misalnya saja, dalam satu gelas es kopi susu kekinian ternyata ada yang mengandung 25 sendok teh gula per sajian (sugars per serving) atau setara dengan 400 kalori. Padahal jumlah gula yang boleh dikonsumsi idealnya 10 persen dari kebutuhan energi total. Contohnya, jika kebutuhan kalori 1.500 kalori berarti asupan gula maksimal adalah 150 kalori.
Lantas apakah harus 'tobat' mengonsumsi makanan dan minuman manis? Saran dokter Fridolin adalah pilihlah asupan rendah gula begitu juga dengan karbohidrat agar jangan melebihi kebutuhan harian.
Boleh saja makan yang manis tapi kurangi porsi dan durasi konsumsinya hingga nanti terbiasa memesan minuman kekinian tanpa gula. Saran lainnya dari dokter Fridolin agar terhindar dari risiko penyakit diabetes sebagai berikut.
1. Lakukan olahraga atau latihan fisik secara rutin.
Latihan beban sangat baik karena otot akan membakar gula dan meningkatkan kerja insulin. Selain itu, rutin berolahraga dapat menjaga berat badan tetap ideal, meningkatkan kesehatan mental, dan menjaga suasana hati juga mengurangi risiko stres.
2. Terapkan pola hidup sehat.
Walau menjalankan hidup sehat tidak mudah tapi akan terbiasa bila dilatih. Pola hidup sehat berkaitan dengan makanan dan minuman bergizi dan seimbang yang kita konsumsi, cukup istirahat dan tidur teratur, pengelolaan stres dan berpikir positif, serta secara perlahan hentikan kebiasaan merokok, soda, dan alkohol.
3. Periksa kadar gula darah secara berkala untuk memonitor kadar gula darah sebagai upaya deteksi dini penyakit diabetes.
Bagi yang kondisi tubuhnya sehat dan tidak berisiko tinggi terhadap diabetes dapat melakukan pemeriksaan gula darah setahun sekali, sedangkan yang memiliki riwayat penyakit jantung, stroke, atau memiliki riwayat keluarga penderita diabetes, mengalami obesitas, serta berusia 40 tahun ke atas sebaiknya tes gula darah lebih sering sesuai petunjuk dokter.
4Mengurangi konsumsi asupan yang manis dan menjalankan pola hidup sehat adalah bentuk proteksi dari dalam agar terhindar dari masalah kesehatan yang bisa menggerus harapan hidup.
Tubuh yang sehat akan memampukan kita beraktivitas, bersekolah dan bekerja demi mencapai kesejahteraan. Namun, perlu juga kita pertimbangkan proteksi dari luar karena pertambahan usia tidak dapat dihindari.
Artinya, kondisi tubuh kita nantinya akan semakin rentan. Demikian juga lingkungan yang semakin buruk dapat membuat tubuh terpapar polusi dan rentan terinfeksi virus, jamur, atau bakteri.