Jumat,  22 November 2024

Kenapa Karyawan Startup Galau, PHK Atau Tawaran Baru Gaji Gede Jadi Penyebab?

RN/NS
Kenapa Karyawan Startup Galau, PHK Atau Tawaran Baru Gaji Gede Jadi Penyebab?
Ilustrasi

RN - Hasil riset mengejutkan. Ternyata karyawan sektor teknologi startup rentan untuk meninggalkan perusahaan.

Ada sekitar 91% karyawan mengaku terbuka untuk meninggalkan perusahaan jika ada kesempatan baru.

Hal ini diungkapkan dalam buku panduan Growth & Scale Talent Playbook yang diluncurkan oleh firma modal ventura Alpha JWC Ventures bersama konsultan global Kearney and platform rekrutmen GRIT pekan ini.

BERITA TERKAIT :
KFC Jebol Rp 557 Miliar Dan PHK Ribuan Karyawan, Apakah Dampak Boikot?
Wamenaker Datangi Pabrik Sritex, Aktivis 98 Kalau Kerja Gercep

Penelitian ini melibatkan ratusan karyawan startup dan hampir 40 pendiri startup di enam negara ASEAN.

Dari hasil penelitian tersebut, ditemukan tiga faktor utama karyawan meninggalkan tempat kerja. Pertama, mendapatkan tawaran kompensasi yang lebih baik. Kedua, ketidaksejajaran dengan visi dan budaya perusahaan. Terakhir, minimnya kesempatan untuk berkembang.

Di Indonesia sendiri, ketidakcocokan dengan visi-misi perusahaan maupun dengan pimpinan atau rekan sejawat adalah alasan terbanyak yang diberikan karyawan untuk meninggalkan perusahaannya saat ini.

Dari hasil survei, ditemukan tiga tantangan utama bagi para perekrut dalam mempertahankan karyawan, yaitu kompensasi, ketidakcocokan antara keterampilan dan pengalaman, serta persepsi akan perusahaan sebagai tempat yang sesuai untuk karyawan mengembangkan karir (employer branding).

Menanggapi hal tersebut, dalam buku panduan ini menghadirkan enam pilar penting untuk menarik, membangun, dan mempertahankan tenaga kerja digital. Keenam pilar tersebut yaitu budaya, rekrutmen pekerja, pemberdayaan karir, talent retention and exit, hadiah dan kompensasi, serta adanya infrastruktur pemberdayaan pekerja.

Badai PHK

Badai PHK di industri startup masih berlanjut hingga saat ini.

Sepanjang tahun berjalan, sudah terjadi 1.311 kasus PHK yang dilakukan oleh startup di seluruh dunia. Adapun, startup saat ini sedang berjuang menghadapi masa tech winter.

Dampak tech winter di Indonesia juga terlihat, saat ini sudah ada 23 perusahaan teknologi dan startup di Tanah Air mereduksi jumlah karyawannya sejak awal tahun.

Diketahui, gelombang tsunami di industri startup teknologi global belum usai. Ini terlihat dari data di laman TrueUp yang masih menunjukkan angka PHK yang cukup tinggi hingga November.

Sepanjang 2022, ada 1.060 PHK di perusahaan teknologi dengan 152.676 orang terkena dampaknya, demikian dikutip dari website TrueUp, Jumat (4/11/2022)

Jumlah PHK tertinggi terjadi di bulan Juni, saat 29,299 orang yang dirumahkan. Tertinggi kedua dan ketiga ada di bulan Mei dan Oktober, di mana masing-masing ada 22,707 dan 22,555 orang yang di PHK.

Sementara, baru 4 hari di bulan November, sudah ada 4,449 orang yang harus rela kehilangan pekerjaan karena PHK.

Oracle, Hootsuite, dan Amazon, menjadi perusahaan ternama yang melakukan PHK kepada karyawan di kisaran bulan Oktober dan November.

PHK terbaru dilakukan oleh raksasa pembayaran online, Stripe, terhadap 14% stafnya. Ini diketahui dalam memo yang CEO Stripe, Patrick Collison, tulis untuk para staf.

Dalam memo itu, Collison mengatakan pemangkasan jumlah karyawan diperlukan di tengah meningkatnya inflasi, kekhawatiran resesi yang menjulang, suku bunga yang lebih tinggi, guncangan energi, anggaran investasi yang lebih ketat, dan pendanaan yang seret.

"Secara bersama-sama, faktor-faktor ini menandakan bahwa 2022 mewakili awal dari iklim ekonomi yang berbeda," katanya, dikutip dari CNBC Internasional.

Stripe mengatakan jumlah pegawainya akan dikurangi menjadi sekitar 7.000 karyawan, yang berarti PHK akan berdampak pada sekitar 1.100 orang.