RN - Anies Baswedan dikenal sebagai politisi slow. Dia memiliki perhitungan matang dalam mengambil langkah politik.
Terbukti saat Pilkada DKI Jakarta. Nama Anies Baswedan selalu diurutan ketiga ketimbang duet Ahok-Djarot dan AHY-Sylvi.
Tapi Anies mampu memenangkan pertarungan dan terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta yang saat itu berpasangan dengan Sandiaga Uno. Kini elektabilitas capres yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan itu juga stagnan.
BERITA TERKAIT :Relawan Anies Di Kota Bekasi Siap Gembosi Jago PKS, Di Jakarta Kapan Nih?
Pelantikan Prabowo Bakal Dihadiri Ganjar Dan Anies, Tensi Politik Bakal Aman Dan Sejuk
Nama Anies selalu di bawah Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Bahkan, Anies terus diserang bertubi-tubi oleh lawan-lawan politiknya.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfarabi, mengatakan, Anies sebagai capres selayaknya mesin yang lambat panas. Dalam satu tahun terakhir, misalnya, elektabilitas Anies memang cenderung tidak berubah dari angka 20 persen.
Pada Mei 2022 21,4 persen, 21,8 persen pada September 2022, 22,1 persen pada Januari 2023, dan 20,8 persen pada Mei 2023. Walau sudah dideklarasikan oleh Nasdem, disusul Demokrat dan PKS, itu tidak banyak mengubah elektabilitas.
Meski begitu, ia menekankan, masih ada waktu sembilan bulan ke depan. Apalagi, Adjie mengingatkan sejarah Pilkada DKI 2017 saat Anies-Sandi maju melawan Ahok-Djarot dan AHY-Silvy dengan kasus yang hampir sama.
"Sama kasusnya, sembilan bulan sebelum pilkada, Pak Anies selalu di posisi ketiga di bawah AHY dan Ahok," kata Adjie, Jumat (19/5).
Berkaca dari sejarah itu, ia menuturkan, Anies sebagai underdog masih sangat berpotensi lolos ke putaran kedua Pilpres 2024 mendatang. Sebab, sejarah mencatat Anies akhirnya mampu keluar sebagai pemenang di DKI. "Pada akhirnya, Pak Anies lolos putaran kedua dan memenangi Pilkada DKI 2017," ujar Adjie.
Sayangnya, saat ini elektabilitas Anies dicatatkan LSI Denny JA masih stagnan. Bahkan, jika melihat dukungan untuk capres di kantong-kantong pemilih besar, sebagian besar dimenangkan Prabowo atau Ganjar, bukan Anies.
Kelompok agama, misalnya, Prabowo unggul di pemilih Islam. Kemudian, Ganjar unggul di pemilih non-Islam. Kondisi serupa dari kelompok geografis, Prabowo unggul di pemilih perdesaan, dan Ganjar unggul di pemilih perkotaan.
Dari kelompok usia, Prabowo unggul di pemilih muda dan Ganjar unggul di pemilih lansia. Dari kelompok pendapatan, Prabowo dan Ganjar bersaing di pemilih wong cilik, lalu Prabowo dan Anies bersaing di pemilih mapan.
Hasil Survei
Anies Baswedan tak merpermasalahkan elektabilitasnya sebagai calon presiden berada di posisi tiga dalam sejumlah hasil survei di bawah Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Seperti diberitakan, Anies pernah mengungkit hasil survei menjelang Pilkada DKI Jakarta tahun 2017.
Bahkan, kata Anies, seminggu sebelum Pilkada DKI, dirinya ditempatkan nomor 3. Anies mengaku telah terbiasa ditempatkan di nomor 3.
Meski kerap di posisi buncit dalam simulasi 3 nama, Anies tetap optimistis. Ia juga yakin bisa memenangkan pilpres yang akan datang
Bahkan Anies juga bingung kenapa dirinya menjadi target. Sebab, dari hasil survei yang beredar kalau dia selalu kalah dari Ganjar dan Prabowo.
"Apakah dibuat berdasarkan aspirasi warga atau lembaga survei. "Mungkin yang jegal-jegal itu hasil surveinya tidak seperti itu. Karena kalau hasil survei nomor 3 kenapa harus dijegal," ungkapnya.