RN - Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (JARI) 98 membeberkan panjang lebar alasan mendukung Presiden Joko Widodo lanjut ketiga periode.
“Jadi begini, kenapa kita menghendaki Presiden Jokowi lanjut 3 periode. Terlepas mereka sepakat atau tidak namanya dinamika dalam perpolitikan. Perbedaan ini perlu kita pelihara dan belajar memelihara perbedaan. Kita Bhinneka, satu nusa satu bangsa satu bahasa,” ujar Ketua Presidium JARI’98, Willy Prakarsa, Jumat (15/9/2023) melalui video pendek yang dikirim ke redaksi radarnonstop.co.
Willy melanjutkan, Presiden Jokowi lanjut ketiga periode oleh berbagai kalangan disebut bertabrakan dengan undang - undang.
BERITA TERKAIT :Megawati Muncul Usai Jokowi Turun Di Jateng & Jakarta, Tuding Aparat Gak Netral
Jokowi Getol Endorse RIDO, Dendam Ke PDIP Atau...?
“Undang - Undang mana? yang mau ditabrak atau bertabrakan. UUD 1945 sebagai sumber hukum. Itu dibuat oleh para tokoh nasional di eranya. Sekarang paling beberapa orang saja yang masih ada dan panjang umur. Seiring dengan tantangan global, era sudah tergerus memasuki tahapan - tahapan yang tekhnologinya jauh lebih maju dan modern,” ulasnya.
Willy melanjutkan, Fox populi fox dei (suara rakyat suara tuhan) bisa bikin UUD baru, kemudian bagaimana dengan UUD 45 yang asli, dimuseumkan.
“Dengan cara dimuseumkan, kita amat sangat menghargai. Kalau berpatokan pada UUD 45, dulu dan sekarang itu monoton, ilustrasinya seperti keberadaan Rocky Gerung. Orang dengan hadirnya Rocky Gerung alergi anti kritik,” cetusnya.
Willy menegaskan, saat ini demokrasi memang sulit memelihara perbedaan, tetapi tidak ada salahnya kalau kita belajar dan menerima.
“Bukan Rocky Gerungnya yang kita sangat mengharapkan. Harus muncul Rocky Gerung - Rocky Gerung yang baru. Kalau hanya seorang Rocky Gerung yang ada saat ini, itu bukan sesuatu yang wow atau tokoh”.
Yang mahir memainkan dan memberikan ruang untuk Rocky Gerung itu yang terbaik. Tapi orang sulit untuk membaca ini. Diberi panggung diberi ruang diberi ruang gerak sehingga elektablitas Rocky Gerung naik.
“Nah tinggal, yang belom bisa memelihara perbedaan, akhirnya terjadi pro kontra. Ini Indonesia demokrasi sudah berkembang pesat jadi saatnya kita belajar memelihara perbedaan,” pungkasnya.