RN - Uni hanya bisa mengelus dada. Omzetnya berjualan busana di Pasar Tanah Abang anjlok 70 persen.
Sudah dua bulan ini, pengusaha asal Sumatera Barat itu tekor untuk biaya operasional toko dan gaji karyawan. Bukan cuma Uni, ribuan pedagang lain yang mengais cuan dari pasar terbesar tekstil se-Asia Tenggara itu juga bernasib sama.
"Sepi, tekor dan ini dampak dari Tiktok dan online shop lain seperti Shopee. Di Tiktok mereka bisa jual harga 20-30 ribu per potong, lha kita modalnya aja gak dapat," ungkap Syraief, Minggu (17/09).
BERITA TERKAIT :Pasar Jaya Salurkan Bantuan Bahan Pokok Untuk Korban Kebakaran Di Manggarai
Produk Ilegak Di Mangga Dua Dan Tanah Abang Marak
Jika ini didiamkan maka bukan tidak mungkin Pasar Tanah Abang yang diklaim sebagai salah satu jantung ekonomi Jakarta bakal tamat.
Asisten Perekonomian dan Keuangan Setda DKI Jakarta, Sri Haryanti sudah dicecar DPRD soal Tanah Abang yang sepi. Tapi, Sri menjawab diplomatis.
Kata Sri saat ini regulasi tersebut masih dibahas di tingkat pusat. "Terkait TikTok shop bapak ibu, jadi sekarang di pemerintah pusat, dalam hal ini Pak Menteri Teten seharusnya jual beli dan medsos tidak bersamaan. Saat ini sedang dilakukan pembahasan di pemerintah pusat," kata Sri.
Bukan cuma penjual medsos, tapi nasib UMKM juga terancam oleh maraknya barang impor bekas (trifting). "Pak Heru tolong kami dong pedagang," teriak para pedagang di Blok A Tanah Abang.
Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan tidak ada kucuran dana bantuan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI untuk pedagang Pasar Tanah Abang yang pemasukannya merosot akibat sepi pembeli. Menurut dia, Pemprov DKI dapat memberikan jenis bantuan lain.
"Ya, enggak bantuan, tapi bisa (berupa) pendidikan, pelatihan digitalisasi," kata Heru saat ditemui di RTH Kalijodo, Jakarta Utara, Sabtu, 16 September 2023.
Heru menduga menurunnya pendapatan pedagang Pasar Tanah Abang disebabkan karena konsumen yang kini cenderung memanfaatkan teknologi untuk membeli kebutuhannya dengan cara belanja online.
"Yang pertama itu mungkin itu adalah bagian dari perubahan konsumen untuk membeli sesuatu kan. Di sini sudah ada online dan lain-lain dan kita semua juga harus mencermati itu," ujarnya.
Menurut dia, perubahan cara konsumen berbelanja ini tidak saja terjadi di Jakarta, tetapi di seluruh negara. "Tidak hanya di sini aja kok. Di tempat lain, di luar negeri juga ada perubahan warga, konsumen membeli dengan konsep online," kata Kepala Sekretariat Presiden itu.
Strategi Nasional
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki membeberkan alasan pedagang di Pasar Tanah Abang semakin sepi pembeli. Kata dia lantaran Indonesia belum memiliki strategi nasional transformasi digital atau badan yang mengaturnya.
"Maka para menteri enggak ada acuan. Padahal, transformasi digital melibatkan banyak aspek," kata dia dalam pesan tertulis pada Sabtu, 16 September 2023.
Menurut Teten, transformasi digital di Indonesia hanya berkembang di sektor perdagangan (e-commerce), khususnya sektor hilir. Sementara sektor produksi lesu.
Akibatnya, produk nasional kalah bersaing dengan barang dari luar negeri yang lebih murah.
"Saya sudah dipanggil oleh Pak Presiden dan nanti Pak Presiden lewat Pak Pratikno (Mensesneg) akan segera menyelesaikan masalah ini," kata Teten Masduki seperti dilansir, Sabtu (22/7).
Teten mengatakan, revisi Permendag Nomor 50/2020 tentang Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Elektronik (PPMSE) mendesak untuk melindungi UMKM dari persaingan bisnis di pasar e-commerce.
"Ini sebenarnya sudah dibahas sejak zaman Mendag Pak Lutfi sudah hampir selesai tinggal harmonisasi, nah begitu ganti Pak Zulhas (Zulkifli Hasan) berhenti lagi, maka ketika saya diprotes teman-teman UMKM ya saya teriak saja," ujar dia.
Menurut Teten, salah satu yang menjadi ancaman UMKM di pasar e-commerce adalah munculnya pola dagang dengan memanfaatkan media sosial (social commerce), seperti Project S yang dirilis media sosial .
Melalui Shop, Tiktok diduga mampu mengetahui berbagai data ragam produk yang banyak diminati atau dibutuhkan konsumen di Indonesia, lalu mesin algoritmanya mengarahkan konsumen untuk membeli produk perusahaan yang berafiliasi dengan mereka.
"Mereka punya teknologi AI (kecerdasan buatan) yang bisa tahu orang Indonesia demand-nya apa. Mereka punya market intelijen yang tahu betul market kita butuh apa, Malaysia butuh apa, Inggris butuh apa. Kalau kita terus-terusan jadi bangsa bodoh karena kita enggak mau ngatur ini wilayah kita, kiamat kita," kata dia lagi.
Melalui revisi itu, Teten mengusulkan agar retail daring atau online tidak lagi diperbolehkan, karena melalui sarana itu dapat mendatangkan barang atau impor langsung dari luar negeri tanpa melalui serangkaian perizinan.
"Dari luar negeri masuk ke sini lewat e-commerce tanpa mereka ngurus izin edar, sertifikasi halal, dan standardisasi segala macam, sementara UMKM di sini harus urus izin edar, harus ada sertifikasi halal, harus ada SNI, bayar pajak," kata dia pula.
Berikutnya, Teten juga mengusulkan aturan bahwa e-commerce maupun social commerce macam TikTok hanya berlaku sebagai lapak, sehingga tidak boleh menjual produknya sendiri.