Minggu,  28 April 2024

BPBD DKI Sebut 90 Persen Kebakaran di Jakarta Akibat Korsleting Listrik

RN/CR
BPBD DKI Sebut 90 Persen Kebakaran di Jakarta Akibat Korsleting Listrik
-Net

RN - Sembilan puluh persen kebakaran di Jakarta akibat arus pendek listrik atau korsleting.

Begitu dikatakan Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji dalam giat pemantauan instalasi listrik di Kelurahan Cengkareng Timur, Cengkareng, Jakarta Barat dikutip Jumat (22 September 2023).

"Yang pasti 90 persen karena korsleting (hubungan arus pendek) listrik," katanya.

BERITA TERKAIT :
Masya Allah, Korban Kebakaran Mampang Tewas Berpelukan Di Atas Kasur 
Jaktim Sering Diamuk Si Jago Merah, Jadi Jawara Kebakaran  

Isnawa mengungkapkan, sejak Januari hingga September 2023 telah terjadi sekitar seribu kebakaran di wilayah DKI Jakarta. Namun, pihaknya hanya menerima sekitar 400 laporan kebakaran.

“Kalau data pemadam kebakaran itu di angka hampir seribu (kebakaran). Kalau di data BPBD 400," ujarnya.

Perbedaan data tersebut karena BPBD DKI tidak mendata kebakaran kecil akibat korsleting. BPBD DKI fokus mendata kebakaran yang mengakibatkan korban pengungsi dan membutuhkan bantuan lanjutan.

"Kalau perbedaan data, mungkin kalau ada korsleting sedikit (kebakaran kecil) di damkar sudah masuk angka satu. Kalau di kami kalau belum kejadian mungkin belum kita data, termasuk juga kalau BPBD kan berdasarkan ada data pengungsian, korban pengungsi," tukas Isnawa.

BPBD DKI Jakarta kini memantau dan memeriksa instalasi listrik di 10 kelurahan dengan intensitas kebakaran paling tinggi di DKI Jakarta selama 2020-2023. Salah satunya di Kelurahan Cengkareng Timur, Jakarta Barat (Jakbar).

Isnawa menjelaskan kebakaran akibat instalasi listrik kadangkala terjadi karena usia kabel yang sudah tua. Ia mencontohkan banyak rumah di Jakarta yang dibangun tahun 1970-1980-an.

Pada tahun tersebut, kemungkinan penggunaan listrik di rumah hanya untuk TV, setrika dan lampu sederhana.

Sementara saat ini, beban penggunaan listrik bertambah dengan kehadiran ponsel, kipas angin, pendingin ruangan, lemari es, computer dan lainnya. Kalau semua itu digunakan bersamaan, tentu akan terjadi penggunaan intensitas listrik yang melebihi ketentuan.

“Mungkin kabel-kabel listrik di tahun itu (1970-1980), yang mungkin bebannya juga tidak sebesar untuk penggunaan listrik sekarang," kata Isnawa.

Saat meninjau lokasi kebakaran, kata Isnawa, pihaknya kerap menemukan kabel-kabel kecil. "Serabut-serabut gitu yang mungkin juga sudah tua,” tuturnya.

Penyebab lain kebakaran di Jakarta adalah rokok, bakar sampah sembarangan, lupa mematikan kompor, atau penggunaan tabung gas yang salah. "Itu tentunya harus diberi perhatian kita," pungkasnya.