RN - Medsos menjadi sarana untuk mencari jodoh. Mereka mulai meninggalkan aplikasi kencan yang dianggap terlalu vulgar.
Sebut saja LinkedIn. Platform jaringan profesional online terbesar di dunia ini mulai digandrungi para pencari jodoh.
LinkedIn dinilai sebagai jalur alternatif yang cenderung nyeleneh di luar aplikasi kencan. Keistimewaannya, minim unggahan kehidupan yang penuh kepalsuan.
BERITA TERKAIT :Suswono Blunder Janda, KIM Plus Pusing Dengan Arogan PKS?
Pilkada DKI Dua Putaran, Ocehan Suswono Soal Janda Kaya Nikahi Pemuda Kere Bedampak Negatif
Dari penelusuran radar nonstop, banyak wanita yang mulai berselancar di Linkedln. "Saya bertemu jodoh di Linkedln. Niat cari kerja karena baru cerai eeh malah dapat jodoh," aku Sari warga Kebon Jeruk, Jakbar.
Bukan hanya para janda, tapi mahasiswa dan wanita karir juga sering berselancar di Linkedln. "Cari iseng-iseng aja," aku wanita yang kerja di kawasan Thamrin, Jakpus.
LinkedIn kata janda tiga anak itu dapat membantu menilai apakah riwayat pekerjaan, pendidikan, dan aspirasi karier calon pasangannya sesuai dengan jenis pasangan yang ia bayangkan untuk dirinya sendiri. Paling tidak, ia bisa mengetahui apakah pria tersebut memiliki pekerjaan.
"Awalnya percakapan mengarah ke percakapan lalu ketemu dan cocok deh," bebernya.
Saat ini, sudah ada 1 miliar anggota LinkedIn yang menggunakan situs ini untuk menemukan jodoh mereka.
LinkedIn sendiri tidak mengumpulkan atau merilis data tentang masalah ini, dan halaman kebijakan komunitasnya melarang penggunaan platform ini untuk pendekatan romantis, dengan menekankan: "LinkedIn adalah platform jaringan profesional, bukan situs kencan."