RN - Naiknya harga bawang merah di pasaran hingga tembus ke harga Rp 70 ribu sampai dengan Rp 80 ribu usai Idul Fitri 2024 membuat Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) DKI Jakarta dan pedagang Warung Tegal (Warteg) menjerit berjamaah
Pasalnya, para pelaku usaha Warteg ini tidak mungkin menekan harga kepada penikmat atau pelanggan rumah makan tersebut.
Ketua Kowantara DKI Jakarta, Izzudin Zidan mengatakan, kenaikan harga bawang merah itu sangat berdampak karena semua bumbu masakan ada bawang merahnya. Jadi kalau bawang merahnya mahal tentu dikurangi bawangnya, namun sangat berpengaruh pada rasa masakan itu.
BERITA TERKAIT :Eks Kader PDIP Yang Loncat Dan Kini Dapat Jabatan Di Kabinet Prabowo
Jumlah Menteri Nambah, Berkah Untuk ASN Bakal Naik Jabatan
Tetapi para pedagang Warteg tidak mungkin untuk menaikkan harga pada menu makanan disajikan kepada pembeli.
“Para pedagang warteg ga mungkin menaikkan harga makanan karena akan berdampak pada konsumen yang berkurang tentu omset bakal menurun,” kata Zidan di Jakarta Barat, pada Kamis (18/4).
Sehingga, dia menuturkan, para pedagang Warteg minta pada pemerintah agar mengendalikan harga bawang, agar harga bahan pokok lainnya tidak ikut naik.
“Harga beras aja sampai sekarang belum turun, harga cabai masih tinggi, ini bawang malah naik,” sesalnya.
Para pedagang Warteg berharap pemerintah lekas mengambil langkah menurunkan dan menjaga stabilitas harga bawang merah agar dapat terjangkau pelaku usaha.
“Pedagang Warteg mungkin perlu mencari alternatif bahan atau bumbu lain yang lebih murah sebagai pengganti bawang untuk mengurangi biaya produksi,” pungkasnya.