RN - Limbah minyak mencemari laut Indonesia. Limbah itu berasal dari tabrakan kapal keruk pasir berbendera Belanda dengan kapal bunker berbendera Singapura.
Insiden tersebut terjadi di Pasir Panjang, Pulau Sentosa, Singapura. Kecelakaan kapal itu terjadi di terminal Pasir Panjang, Singapura, Jumat (14/6), dan mengakibatkan minyak tumpah sampai mencemari perairan Pulau Sentosa.
Kapal bunker merupakan kapal yang berfungsi untuk pengisian bahan bakar kapal.
BERITA TERKAIT :Lautaro Martinez Memang Gacor
Kapal China Cari Ribut, Masuk Laut Natuna Utara Lalu Diusir Bakamla
"Dari dulu Belanda bikin susah Indonesia aja," keluh nelayan di Kepulauan Riau (Kepri).
Doli Boniara, Kepala Badan Pengelola Perbatasan Daerah Provinsi Kepri, mengaku sudah berkoordinasi dengan lembaga lain buat mencegah masuknya 400 ton tumpahan minyak ke perairan Batam dan Bintan.
"Kita sudah koordinasi dengan Bakamla dan aparat TNI AL untuk memantau tumpahan minyak akibat tabrakan Kapal Tanker di Singapura, tapi minyaknya belum masuk ke perairan Kepri," ungkap dia, diwawancara pada Selasa (18/6).
Dia juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Konsulat Singapura yang ada di Batam.
Otoritas Maritim dan Pelabuhan Singapura, lanjutnya, juga sudah mensterilkan dan mengatasi tumpahan minyak tersebut agar tidak menyebar luas hingga masuk ke perairan Indonesia.
Doli juga meminta nelayan dan pemilik resort atau hotel yang terdampak untuk segera melapor.
"Kami menghimbau kepada Nelayan atau Pemilik Resort dan Hotel agar bisa melapor, apabila terdampak dari tumpahan minyak tabrakan Kapal di Singapura", Ujarnya.
Terpisah, Sukur Hariyanto, Sekretaris Dewan Pengurus Wilayah Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) perwakilan Provinsi Kepulauan Riau, mengungkap sampai saat ini belum ada tanda-tanda pencemaran minyak hitam di Batam, Bintan, Karimun, dan Lingga.
Pihaknya akan berkomunikasi dengan pengurus KNTI di Kepri untuk memantau keadaan laut beberapa hari ke depan.