Sabtu,  23 November 2024

Donald Trump Ditembak, Pelakunya Pernah Kena Bully Saat SMA

RN/NS
Donald Trump Ditembak, Pelakunya Pernah Kena Bully Saat SMA
Thomas Matthew Crooks.

RN - Korban bully ternyata berefek bahaya. Seperti pelaku penembakan eks Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Thomas Matthew Crooks. 

Crooks merupakan korban bullying ketika di sekolah menengah atas (SMA). Menurut teman SMA-nya, Jason Kohler (21), Crooks di-bully oleh siswa lain dan kerap terlihat menyendiri.

Kohler menggambarkan Crooks sebagai sosok yang "tidak memiliki ekspresi" ketika berjalan di lorong sekolah.

BERITA TERKAIT :
Koboi Cinere Depok Ditangkap, Punya Pistol Jangan Sok Jagoan Lah?
Puji Bahasa Inggris Prabowo, Donald Trump Janji Mau Ke Indonesia 

"Dia bukan anggota kelompok itu, jadi saya rasa, dia jadi target pembullyan," kata Kohler, seperti dikutip CNN, Minggu (14/7).

Crooks merupakan lulusan SMA Bethel Park pada 2022. Informasi ini didapat berdasarkan laporan media lokal dan sebuah video perpisahan sekolahnya.

Menurut teman SMA-nya yang lain, Sarah D'Angelo, Crooks merupakan murid pendiam yang sama sekali tidak terlihat bakal melakukan kekerasan maupun memiliki kecenderungan dalam politik.

D'Angelo pernah bicara dengan Crooks ketika kelas mereka sedang menunggu upacara kelulusan dimulai. Itu satu-satunya momen dirinya berinteraksi dengan Crooks.

Menurut teman SMA-nya yang lain, yang tak ingin disebutkan namanya, Crooks merupakan murid yang cerdas, yang mendapatkan penghargaan kelas, sekaligus sosok pemalu.

Dia mengatakan Crooks memiliki sekelompok teman yang cukup konservatif, yang beberapa di antaranya terlihat memakai topi Trump.

"Ada omongan-omongan tentang dia yang terlihat sedikit berbeda," kata teman sekolah Crooks.

"Dia seperti orang culun," ucap dia lagi.

Crooks tinggal di pinggiran Kota Pittsburgh di Bethel Park. Lokasi rumahnya hanya sekitar satu jam perjalanan dari tempat kampanye Trump.

Menurut agen khusus yang bertanggung jawab atas kantor FBI di Pittsburgh, Kevin Rojek, Crooks tak memiliki tanda-tanda gangguan kesehatan mental. Penyidik sudah mendapatkan akses atas ponselnya dan seluruh media sosial Crooks.

Saat insiden, menurut Rojek, Crooks menggunakan senjata jenis AR yang dibeli secara legal. Senjata itu milik ayahnya, Matthew Crooks.

Ayah Crooks mengatakan ia mencoba mencari tahu "apa yang sebenarnya terjadi" dan akan "menunggu sampai saya berbicara dengan penegak hukum" sebelum berbicara tentang putranya. Ia tidak dapat dihubungi kembali pada Minggu (14/7).

Menurut catatan lisensi negara bagian, kedua orang tua Crooks bekerja sebagai pekerja sosial. Ayahnya terdaftar sebagai pemilih Libertarian dan ibunya terdaftar sebagai partisipan Partai Demokrat.

Berdasarkan catatan Komisi Pemilihan Umum Federal, Crooks terdaftar sebagai donatur Progressive Turnout Project, sebuah komite aksi politik yang berpihak pada Partai Demokrat. Ia menyumbang 15 USD saat masih berusia 17 tahun.

Belakangan, tepatnya seminggu setelah Crooks menginjak usia 18 tahun, ia mendaftar sebagai pemilih Partai Republik. Dia memberikan suaranya satu kali dalam pemilihan umum 2022.

Crooks tewas ditembak aparat setelah melepaskan sejumlah tembakan ke arah Donald Trump pada Sabtu (13/7). Insiden itu terjadi kala Trump berkampanye di Butler, Pennsylvania.

Sejauh ini, penyidik belum menemukan bukti apapun mengenai motif Crooks melakukan percobaan pembunuhan tersebut.