Jumat,  31 January 2025

Banyak Perceraian Muda, Menag: Jangan Salahkan Perempuan Tapi...

RN/NS
Banyak Perceraian Muda, Menag: Jangan Salahkan Perempuan Tapi...
Ilustrasi

RN - Perceraian muda marak di Indonesia. Saat ini banyak sekali perceraian terjadi pada usia rumah tangga di bawah lima tahun.

Percerian dipicu dari beberapa faktor daricseperti desakan biologis, tuntutan sosial, hingga tekanan ekonomi. Seperti diberitakan jumlah perceraian di Indonesia pada tahun 2023 adalah 463.654 kasus.

Beberapa faktor yang menyebabkan perceraian di Indonesia, di antaranya, Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT, Masalah ekonomi, Perselisihan dan pertengkaran, Perbedaan pandangan, Masalah komunikasi dan Ketidaksetiaan atau selingkuh.

BERITA TERKAIT :
Paula Verhoeven Tetap Bangkit, Jadi Janda Bukan Berarti Pasrah 

Menteri Agama Nasaruddin Umar menilai perceraian usia muda kerap dipicu berbagai tekanan, seperti desakan biologis, tuntutan sosial, hingga tekanan ekonomi.

Menag mengingatkan agar masyarakat tidak hanya menyalahkan perempuan yang bercerai muda, tetapi melihat mereka sebagai korban dari sistem sosial dan budaya yang kurang mendukung.

“Ini bukan hanya persoalan pribadi, tetapi juga menjadi tantangan sosial yang besar. Anak-anak yang masih kecil kehilangan orang tua yang utuh, sementara janda-janda muda sering kali terjebak dalam kesulitan ekonomi dan sosial,” ujar Nasaruddin saat mengukuhkan kepengurusan Badan Pembinaan Penasehatan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) di ruang VIP Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (25/1/2025).

Dia juga menegaskan pentingnya peran BP4 dalam mencegah dan menangani krisis rumah tangga di masyarakat. BP4, yang berada di bawah binaan Kementerian Agama, memiliki tanggung jawab besar untuk mendukung keutuhan keluarga melalui mediasi, konseling, dan edukasi.

“Pekerjaan ini adalah panggilan moral bagi kita semua. Menyelamatkan keluarga sama dengan menyelamatkan bangsa. BP4 harus menjadi rumah besar bagi solusi dan harapan,” tegas Nasaruddin Umar.

Menag juga menekankan pentingnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai platform, seperti media sosial, website, hingga YouTube. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keutuhan rumah tangga.

Imam Besar Masjid Istiqlal itu juga mengingatkan bahwa krisis perceraian bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang masa depan bangsa.

“Keluarga adalah pilar utama dalam membangun negara. Dengan kehadiran BP4 yang lebih aktif dan responsif, saya optimis kita dapat menekan angka perceraian dan menyelamatkan generasi mendatang,” tutupnya.