RN - Israel memang biadab. Walau sudah gencatan senajat tapi tank-tank Yahudi itu masih menyerang warga Palestina.
Selasa (28/1/2025), tank Israel melepaskan tembakan ke sejumlah orang yang kembali ke rumahnya di lingkungan Zeitoun di Gaza selatan. Serangan tersebut terjadi setelah sembilan hari gencatan senjata yang dimulai sejak Sabtu (19/1/2025).
Koresponden Kantor Berita Palestina WAFA melaporkan bahwa pasukan pendudukan menembaki warga saat mereka berupaya pulang ke rumahnya di sekitar Sekolah Khalil al-Nubani, di selatan Zeitoun.
BERITA TERKAIT :UNICEF Tebang Pilih, Lebih Peduli Ukraina Ketimbang Anak-Anak Di Gaza Palestina
Pasukan penjajah Israel juga melepaskan tembakan ke arah perbatasan timur laut Kota Khan Yunis di jalur Gaza selatan. Sementara itu, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan telah mengevakuasi 10 jenazah yang membusuk dari berbagai tempat di sepanjang Jalan Rashid di Jalur Gaza pada Senin (27/1).
Pada hari itu para pengungsi mulai kembali dari wilayah selatan ke utara dengan berjalan kaki dari Jalan Rashid di pesisir pantai setelah menghabiskan dua malam di tempat terbuka di Jalan Rashid dan Jalan Salah al-Din.
Di tengah cuaca yang sangat dingin, para pengungsi menunggu pasukan pendudukan mengizinkan mereka kembali ke rumah setelah memaksa untuk pergi dan bergeser ke selatan.
Agresi Israel di Jalur Gaza yang berlangsung selama 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025 telah mengakibatkan lebih dari 158.000 orang tewas dan terluka, yang mayoritas anak-anak dan perempuan. Lebih dari 14.000 orang juga dilaporkan hilang.
Perbuatan Israel itu juga menyebabkan lebih dari 85 persen warga di Jalur Gaza, yakni 1,93 juta lebih dari total 2,2 juta orang, meninggalkan rumahnya karena hancur. Sekitar 100.000 warga telah meninggalkan Jalur Gaza sejak awal agresi.
Saat ini sekitar 1,6 juta warga Jalur Gaza tinggal di pengungsian dan tenda-tenda tidak layak di tengah kehancuran infrastruktur dan properti warga besar-besaran dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Kesehatan menjadi salah satu tantangan terbesar rakyat Palestina setelah dapat kembali pulang ke Gaza. Hampir semua rumah sakit dan klinik hancur. Jutaan ton puing-puing mengandung racun, bom dan ranjau yang belum meledak serta jenazah-jenazah manusia yang belum dikubur membayangi kepulangan mereka.
Serangan Israel yang berlangsung selama 15 bulan menewaskan lebih dari 47 ribu orang dan memaksa 90 persen populasi mengungsi. Mengubah Gaza menjadi kota mati. Air bersih langka dan saluran air yang sangat penting dalam melindungi kesehatan warga, rusak parah, menimbulkan kekhawatiran penyebaran penyakit.
Kelompok-kelompok bantuan bergegas menyalurkan makanan dan kebutuhan pokok selama gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Pakar manajemen kesehatan global dan peneliti tamu FXB Center of Health and Human Rights di Harvard, Yara Asi mengatakan selama satu tahun lebih warga Gaza tidak memiliki akses semua perawatan yang dibutuhkan.
"Seperti apa bentuknya di masa depan dan jangka panjang?" kata Yara Asi, Senin (27/1/2025).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sebagian besar dari 36 rumah sakit di Gaza rusak atau hancur akibat bom Israel. Hanya sebagian yang masih bisa beroperasi dengan kapasitas setengahnya. Hampir dua pertiga klinik kesehatan tutup.
Sehingga hampir mustahil merawat semua orang yang membutuhkan perawatan darurat maupun perawatan jangka-panjang. Termasuk sekitar 30 ribu orang yang membutuhkan rehabilitasi untuk "luka yang mengubah hidup" seperti amputasi.
WHO mengatakan saat semuanya sudah aman, mereka akan bekerja sama dengan organisasi lain untuk memberikan layanan prioritas seperti perawatan darurat, perawatan kesehatan dasar dan kesehatan jiwa. Termasuk menambah jumlah kasur di rumah sakit di utara dan selatan Gaza, membawa kontainer yang dimodifikasi untuk membantu merawat pasien yang rumah sakit atau klinik yang rusak.