Senin,  31 March 2025

Kisah Ouattara Menjadi Muslim di Bournemouth

ERY
Kisah Ouattara Menjadi Muslim di Bournemouth
Dango Ouattara - Net

RN - Winger Bournemouth, Dango Ouattara dikenal sebagai seorang pemeluk Islam yang taat. Profesi yang Ouattara jalani bukanlah halangan, untuk memaksimalkan ibadah selama Ramadan.

Kepada BBC Sport Africa, pemain asal Burkina Faso itu menjelaskan arti Islam dalam hidupnya. Ia menjadi sosok yang tenang dan bersikap baik dalam kehidupan sehari-hari, tak terkecuali di lapangan hijau.

"(Islam) mengajak kita kembali fokus ke diri sendiri, melihat apa yang telah kita lakukan dengan baik dan apa yang belum," ujar Ouattara saat ditemui di masjid lokal di Poole, kota yang berjarak sekitar 11 km dari Bournemouth.

BERITA TERKAIT :
Karier Adrian Mutu Tamat Gegara Narkoba 
Laskar Merah Amankan Servis Salah

"Islam juga mengajak kita mengoreksi diri sendiri di masyarakat. Mengajak kita tetap berada di jalan yang benar. Iman membantu saya mengatasi banyak tantangan, untuk menghormati orang lain, menghormati pilihan dan agama juga. Baik di lapangan, di luar lapangan dengan teman-teman atau bahkan dengan keluarga saya, iman membantu saya bersikap tenang dalam kehidupan sehari-hari. Anda harus beriman sebelum Anda dapat melakukan sesuatu," jelasnya.

Sewaktu pindah dari Lorient ke Bournemouth pada awal 2023, Ouattara mencari masjid terdekat yang bisa ia kunjungi agar proses adaptasi di tempat baru berjalan lebih mudah. Ia juga jadi tak merasa sendirian.

"Agen saya dan saya berhasil menemukan masjid, jadi saya mulai kembali ke rutinitas saya. Dan saat saya datang ke masjid, semuanya berjalan baik termasuk di sepakbola. Jadi saya menemukan diri saya kembali di lingkungan yang saya tinggalkan di Lorient," tutur Ouattara.

"Itu amat membantu karena saat Anda berada di kota lain, memiliki komunitas menunjukkan bahwa Anda tidak sendirian. Anda memiliki kesempatan untuk salat bersama orang lain, mengenal orang baru. Itu membuat kami tetap fokus pada agama," ujarnya.

Meski satu-satunya pemain muslim di Bournemouth saat ini, Ouattara tak kesulitan berpuasa. Rekan setim dan staf klub membantunya selama Ramadan.

"Saya tidak akan bilang Ramadan itu sulit, ini lebih ke urusan mental, secara pribadi saya sudah terbiasa melakukannya. Masalahnya hanya kurang air. Mengingat Anda juga harus bangun pada waktu yang tidak biasa untuk sahur, itu lebih melelahkan," ujar Ouattara.

"Saya bangun pukul 04.30 pagi, saya berwudhu, dan koki klub sudah menyiapkan makanan untuk saya. Saya lalu sahur, dan setelah salat subuh saya punya waktu untuk kembali tidur selama sekitar satu jam sebelum latihan," sambungnya.