Jumat,  19 September 2025

5.360 Anak Keracunan MBG, Dampak Dapur Gak Bersih Apa Makanan Basi? 

RN/NS
5.360 Anak Keracunan MBG, Dampak Dapur Gak Bersih Apa Makanan Basi? 
Siswa keracunan MBG di Jawa Barat.

RN - Insiden keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) terus terjadi. Sejak MBG dgeber pada pada 6 Januari 2025 sudah ada 5.360 anak yang keracunan.

Data itu diungkap Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI). "Sejak MBG diluncurkan, korban keracunan terus bertambah. Pemantauan JPPI hingga medio September 2025 mencatat, tak kurang dari 5.360 anak mengalami keracunan akibat program ini," demikian siaran pers JPPI yang diterima Kamis (18/9) malam.

Peningkatan kasus keracunan yang terungkap pun disebutkan mengalami peningkatan pekan ini, baik dari sisi jumlah maupun sebaran lokasi.

BERITA TERKAIT :
MBG Jadi Pemicu Keracunan Siswa, Ini Solusi Dari Raja Jawa (Sri Sultan)

JPPI pun menduga jumlah keracunan menu MBG lebih besar karena diduga ada sekolah, pemda, atau aparat yang menutupi kabar tersebut.

"Jumlah ini bisa dipastikan lebih besar, sebab banyak sekolah dan pemerintah daerah justru memilih menutupi kasus," katanya.

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dalam paparan Kepala Pusat Ekonomi Digital dan UMKM, Izzudin Al Farras, pada 4 September lalu mencatat ada empat ribu lebih korban keracunan MBG selama delapan bulan pertama pelaksanaannya.

Selain kasus keracunan, juga marak temuan menu MBG yang tak sesuai baik dari bentuk, kelayakan, hingga kandungan gizi.

Sementara itu, BGN menanggapi kasus-kasus keracunan menyatakan terus mengembangkan mekanisme pengawasan berlapis, pelatihan rutin, hingga kerja sama lintas sektor. 

Mengutip dari laman resminya, BGN menyatakan telah menerbitkan dokumen Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) sebagai panduan operasional bagi seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Selain itu, pelatihan rutin diberikan kepada penjamah makanan untuk memastikan penerapan prinsip keamanan pangan yang sesuai standar.

"Hal ini dilakukan agar tidak terjadi lagi kasus keracunan massal yang berasal dari MBG. "BGN melakukan pemantauan dan pengawasan secara rutin ke setiap SPPG untuk memastikan pelaksanaan MBG berjalan sesuai protokol," ujar Kepala BGN, Dadan Hindayana dalam pernyataan tertulisnya di laman tersebut.

Dia pun mengaku BGN menginisiasi Gerakan Pemantauan Bersama Masyarakat dan Sekolah dengan memanfaatkan kanal media sosial sebagai ruang laporan, pengawasan, dan edukasi gizi.

Dadan menyatakan kini dirinya memiliki wakil kepala yang juga mengurus kasus-kasus keracunan.

Dadan menyatakan dirinya sebagai Kepala BGN kini memiliki tiga wakil kepala yang dua di antaranya baru dilantik Presiden Prabowo Subianto melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 97/P Tahun 2025.

"Waka BGN ada tiga. Satu, Mayjen Lodewyk Pusung, Nanik Sudaryati Deyang, dan Brigjen Pol. Sony Sonjaya. Ini masing-masing nanti akan punya tugas khusus," ujar Dadan di Kantor BGN, Jakarta Pusat, Kamis (18/9).

"Contoh ya, Ibu Nanik S. Deyang itu kan memang keahliannya di bidang komunikasi. Jadi dia akan fokus di komunikasi publik dan investigasi. Jadi kalau ada misalnya keracunan dia akan turun ke lokasi itu dan dia akan cari penyebabnya apa. Apakah itu memang kelalaian dari petugas atau ada hal lain," tambahnya.

Dadan menambahkan pembagian tugas tersebut dilakukan karena organisasi BGN terus berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan program. Besarnya anggaran yang dikelola juga membuat struktur organisasi perlu diperkuat.

Keracunan Garut 

Korban keracunan diduga akibat menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengalami kenaikan signifikan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, mencatat hingga Kamis (18/9/2025) kemarin, terdapat penambahan korban hingga 569.

"Hingga saat ini jumlah yang diduga mengalami keracunan ada 569 orang," ujar Kepala Dinas Kesehatan Garut, Leli Yuliani.

Ia menyatakan, bertambahnya korban didominasi oleh murid sekolah dasar (SD), setelah sebelumnya korban dari sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan Madrasah Aliyah (MA).

Ia menyebut, mayoritas korban mengalami gejala ringan sampai harus ditangani atau dirawat di puskesmas.

"Total pasien yang sempat dirawat inap mencapai 30 orang. Dari jumlah itu, 11 orang sudah dipulangkan, sementara 19 orang lainnya masih mendapat perawatan," terangnya.

Sebelumnya, Kapolres Garut, AKBP Yugi Bayu Hendarto, mengatakan ada 194 pelajar yang diduga keracunan menu MBG di Garut.

Mereka mengalami gejala ringan, sedangkan yang harus menjalani perawatan berjumlah 19 orang di mana sehari sebelumnya hanya 14 orang.

"Sebanyak 19 siswa ini sekarang sedang menjalani perawatan di Puskesmas Kadungora," ujar Yugi kepada wartawan, Kamis.

Menurutnya, peristiwa tersebut diduga berawal selepas korban menyantap hidangan MBG. 

Baca juga: Marak Kasus Keracunan MBG, Anggota DPR Kritik BGN Buat Dapur Asal Jadi

Menu yang disajikan saat itu adalah nasi putih, tempe orek, ayam woku, lalapan sayur, dan buah stroberi.

"Kami telah melakukan penyelidikan, meminta keterangan saksi, mengirimkan sampel bekas makanan dan muntah ke laboratorium, berkoordinasi dengan puskesmas," ungkap Yugi.

Wakil Bupati Garut, Luthfianisa Putri Karlina, sempat menengok belasan pelajar yang alami gejala keracunan diduga setelah menyantap MBG.

Putri datang ke UPT Puskesmas Kadungora yang menjadi tempat 15 orang pelajar menjalani perawatan setelah mengalami gejala keracunan makanan pada Rabu (17/9/2025) malam.

"Alhamdulillah mereka sudah lebih baik, kan mereka mengeluhkan pusing sakit perut lemes jadi yang ke sini sebenernya yang punya keluhan lemesnya sakit perut," ujarnya, Rabu.

Ia menjelaskan, keluhan yang dialami para pelajar cenderung seragam, tetapi penyebab pasti keracunan yang dialami para siswa belum dapat dipastikan.

"Karena apanya juga tidak bisa diidentifikasi hari ini, kita harus melihat dulu, kan di sekolah ini banyak faktor."

"Jadi kita tidak mau menyampaikan statemen penyebabnya kenapa. Yang jelas ini ada kontaminasi, tapi kita tidak tahu itu apa," lanjut Putri.

Putri menuturkan, pihaknya juga melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Garut telah mengambil sampel makanan yang diduga menjadi penyebab hal tersebut.

Nantinya, hasil pemeriksaan akan dijadikan bahan evaluasi pemerintah daerah.

"Sampelnya sudah diambil, semoga hasilnya bisa untuk bahan evaluasi ke depannya. Sekarang juga lagi di-tracking," ucapnya.