RN – Amerika Serikat melancarkan serangan mematikan terhadap sebuah kapal di perairan Venezuela pada Selasa (15/10). Presiden Donald Trump langsung mengumumkan bahwa enam orang tewas dalam operasi tersebut, yang ia klaim sebagai anggota jaringan “narcoterrorist” atau teroris narkoba.
Tak cukup sampai di situ, Trump bahkan memamerkan video dramatis di platform Truth Social, menampilkan momen kapal kecil dihantam rudal hingga meledak dahsyat di tengah lautan.
Serangan brutal ini tercatat sebagai yang kelima hanya dalam waktu sebulan, dengan total 27 orang sudah tewas. Namun, hingga kini Amerika Serikat (AS) bungkam soal identitas korban dan bukti keterlibatan mereka.
BERITA TERKAIT :Patrick Kluivert Siap Bertanggung Jawab
Para ahli hukum internasional menuding Washington telah melanggar hukum internasional, karena menggunakan kekuatan militer di luar wilayah tanpa izin. Venezuela dan Kolombia meledak amarahnya, menuding AS melakukan “tindakan agresif” yang bisa memicu perang kawasan.
Trump tak memberi keterangan soal kewarganegaraan korban, tapi menegaskan “tidak ada tentara AS yang terluka.”
Pengamat menilai operasi ini bukan sekadar perang narkoba, tapi juga tekanan politik terhadap Presiden Venezuela Nicolás Maduro.
Sebelumnya, Trump bahkan menawarkan hadiah USD50 juta bagi siapa pun yang bisa menyeret Maduro ke pengadilan atas tuduhan perdagangan narkoba. Maduro pun balik menuding AS menyebar fitnah dan propaganda politik, bahkan meragukan keaslian video ledakan yang viral itu.
