RN - Menjelang Hari Sumpah Pemuda ke-97, pemerintah tampak ingin benar-benar menafsirkan ulang makna “bergerak”. Bukan lagi bergerak memperjuangkan bangsa, tapi bergerak ke luar negeri. Tepatnya ke Timur Tengah, Eropa, dan Asia.
Program anyar senilai Rp8 triliun ini digadang-gadang sebagai bentuk nyata dari Asta Cita, visi besar Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Targetnya, 500 ribu pemuda Indonesia dikirim menjadi tenaga kerja terampil di bidang pengelasan (welder) dan perhotelan (hospitality).
“Negara mitra butuh welder dan pekerja hospitality Indonesia yang andal,” ujar Prabowo dalam Sidang Kabinet di Istana Negara, 20 Oktober lalu. “Kita alokasikan Rp8 triliun untuk pelatihan dan penempatan, agar pemuda kita bawa devisa besar.”
BERITA TERKAIT :Tarif Ojol 90 Persen Untuk Driver Harga Mati, Istana Garap Perpres
Artinya, dari semangat ‘’Satu Nusa Satu Bangsa” kini bergeser ke “Satu Paspor Banyak Negara”. Pemerintah tampak percaya, masa depan ekonomi Indonesia bisa dimulai dari kamar hotel di Singapura dan pipa minyak di Arab Saudi.
Menurut Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, program ini dipimpin oleh Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin, bekerjasama dengan Kementerian Ketenagakerjaan. Fokusnya pemuda usia 18–30 tahun dari daerah 3T, yang akan diberdayakan di industri migas dan perhotelan internasional.
Janji gaji pun menggoda, Rp20–50 juta per bulan, plus pengalaman global. Sementara tema Hari Sumpah Pemuda tahun ini berbunyi, “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu”, pemerintah tampaknya menambahkan kalimat tak tertulis: “…asal jangan lupa kirim devisa pulang.”