Jumat,  31 October 2025

Whoosh Kereta Cepat, Dibilang Busuk Kini Dipuji Luhut 

RN/NS
Whoosh Kereta Cepat, Dibilang Busuk Kini Dipuji Luhut 

RN - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Pandjaitan kini memuji Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) Whoosh. Proyek Jokowi itu kini sedang viral. 

"Lepas dari pro dan kontra yang terjadi, faktanya Whoosh kini sudah mampu menutup biaya operasionalnya sendiri dan melayani lebih dari 12 juta penumpang sejak beroperasi pada Oktober 2023 sampai Februari 2025," kata Luhut melalui akun Instagram @luhut.pandjaitan, Kamis (30/10).

Luhut mengaku selalu menggunakan Whoosh jika ada perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Ia berkata perjalanan antardua kota itu hanya 30-60 menit berkat moda transportasi itu.

BERITA TERKAIT :
KPK, Mark-Up Whoosh Jangan Cuma Wacana, Mahfud Sudah Siap Diperiksa

Ia berkata Whoosh juga telah memberi dampak ekonomi yang besar bagi wilayah yang dilintasi, Menurutnya, proyek ini langkah awal menunu pengelolaan proyek besar yang efisien dan bertanggung jawab.

Sebelumnya Opung sapaan akrab Luhut sempat viral kalau Whoosh busuk. Bahkan, KPK mengaku secara diam-diam sudah menyidik kasus Whoosh.

"Whoosh menjadi bukti bahwa keberanian mengambil keputusan strategis adalah awal menuju kemandirian bangsa," ucapnya.

Beberapa waktu terakhir, Whoosh menimbulkan polemik. Proyek itu dinilai membebani negara karena menyisakan utang.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sempat meminta Danantara untuk mencicil utang tersebut. Ia menegaskan pemerintah tak akan memakai APBN untuk melunasi utang Whoosh.

Luhut sempat mengatakan proyek Whoosh memang punya sejumlah masalah di awal pembangunan. Saat itu, pemerintah merespons dengan membentuk Komite Kereta Cepat Antara Jakarta dan Bandung.

Komite yang dipimpin Luhut itu melakukan perbaikan atas masalah yang terjadi pada proyek Whoosh.

"Jadi memang saya menerima proyek (Whoosh) sudah busuk itu barang," katanya di Jakarta, Kamis (16/10) lalu.

Polemik Whoosh juga dikomentari Presiden ke-7 RI Jokowi. Ia berkata pembangunan Whoosh di era kepemimpinannya bukan sekadar untuk mencari untung.

"Transportasi massal itu bukan diukur dari laba, tetapi dari keuntungan sosial, seperti pengurangan emisi karbon dan peningkatan produktivitas masyarakat," ujar Jokowi di Surakarta, Senin (27/10).